(Kolom Feature)
Penggusuran One-One, Pilihan Penuh Pertimbangan?
Memang tidak semua orang dilahirkan dalam keadaan berkecukupan. Pasti ada di antara kita yang kurang beruntung. Itu memang sudah sunatullah. Kalau semua orang dilahirkan dalam keadaan kaya raya pasti tidak ada yang namanya ”orang kaya”. Iya dong!
Kalau semua orang punya harta yang sama, tidak ada yang kelebihan atau kekurangan jadi tidak ada yang melegitimasi orang kaya sebagai ”orang kaya”, karena semuanya sama. Nah... Dengan adanya orang miskin maka orang kaya bisa melegitimasi dirinya sebagai ”orang kaya”. Selain itu juga si kaya dengan kekayaannya mempunyai sarana untuk menuai pahala kebaikan dengan membantu si miskin. Si miskin dengan hidup dalam keadaan pas-pasan, semangat dan niat baik berusaha mewujudkan kehidupannya yang layak dengan cara yang halal, salah satunya dengan berdagang. Karena modal yang terbatas, yah…akhirnya ada yang jualan rokok sambil keliling di jalan raya atau kereta api, ada yang jualan koran di perempatan jalan, yang punya modal agak besar buka usaha menggunakan gerobak, ada juga yang membuka lapak atau kios alakadarnya. Intinya, bagaimana mereka bisa menyambung hidup dengan cara halal tanpa merampok, mencopet, malak, bermain judi apalagi korupsi. Demikian halnya saat kita melintasi gedung-gedung perkuliahan di kampus hijau (UNAND), tak sulit rasanya menjumpai pedagang makanan kecil-kecilan yang berjualan lesehan di sekitar lajur koridor di setiap sudut kiri atau kanan pintu ruang perkuliahan.”One-one lesehan” begitu orang menyebutnya.
Semua sudah takdir.Toh…hidup harus terus berjalan . Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai kaum itu mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Kira-kira begitu kata Al Qur'an. Anak pun perlu makan, perlu sandang, perlu sekolah biar tidak bodoh. Akan tetapi, sungguh ironis seperti kena stroke bagi sebagian dari mereka ketika melihat lapak/tempat satu-satunya harapan untuk mengais rezeki halal yang tidak seberapa itu harus digusur, runtuh bersama puing-puing penyangga kehidupan. Kepentingan mereka dikalahkan atas Nama ketertiban dan kebersihan lingkungan Bukankah Allah SWT memerintahkan malaikat, jin, iblis dan setan, dkk-nya untuk bersujud kepada manusia? Bukankah hewan dan tumbuhan memang diperuntukkan bagi manusia? Bukankah manusia berhak hidup dan menyambung kehidupan?
Kini para one-one yang berdagang di gedung-gedung perkuliahan resah. Para satpam kampus akan menggusur para pedagang lesehan, berdasarkan Instruksi dari Pihak rektorat. para pedagang lesehan akan dipindah ke tempat yang telah dibangun khusus untuk tempat berjualan oleh pihak unand sendiri. Namun mereka keberatan karena tempat baru itu tidak strategis.
Para pedagang lesehan juga mempertanyakan kenapa mereka digusur padahal mereka tidak merusak lingkungan. Bukankah mereka mempermudah mahasiswa untuk berbelanja dengan lokasi yang terjangkau dan lebih economist.
Menurut salah satu pedagang lesehan, sebut saja Bu Sri pihak Unand harus mengkaji aspek ekonomi dan sosialnya sebelum memindahkan mereka . "Kami mau direlokasi, tapi tempatnya yang layak, agar usaha tidak mati," kata wanita berumur 35 tahun ini. Bu Sri juga mencontohkan pemindahan pedagang di tempat yang baru akan mempersulit mereka karena akibat pemindahan itu dagangan mereka tidak laris dan akan memungkinkan mereka bisa gulung tikar dan tidak banyak yang bisa bertahan. Jika tempat usaha baru nanti tidak menguntungkan, sumber pendapatan berpuluh orang keluarga pedagang lesehan terancam. Dengan susah payah berusaha membesarkan anaknya dengan menjual makanan kecil di sudut-sudut koridor gedung perkuliahan, Keuntungannya pun tidak seberapa, bisa mencukupi makan dan membayar sekolah anaknya saja sudah syukur alhamdulillah.
Pedagang lesehan meskipun seringkali dituding sebagai penyebab perusak keindahan kampus dan terganggunya perkuliahan. Di sisi lain sebenarnya mereka menjadi “sapi perahan” bagi beberapa pihak khususnya bagi para mahasiswa. Yakni, keberadaan Para pedagang lesehan itu, membantu mahasiswa,ketika perut mendadak lapar mahasiswa tidak punya cukup waktu maupun uang untuk ke cafĂ© atau warung. Maka keberadaan pedagang lesehan sangat membantu dalam pengeffesiensian waktu dan uang.
Tetapi, menurut pengakuan salah seorang ibu pedagang lesehan, tidak adanya pungutan yang dibebankan kepada mereka untuk bebas berjualan disepanjang koridor di gedung perkuliahan manapun menjadikan mereka segan juga malu untuk menolak penggusuran namun tidak dapat dipungkiri mengingat dan menimbang kebutuhan hidup yang mesti tercukupi membuat mereka menhilangkan rasa malu bahkan menimbulkan keberanian menolak aturan yang ditetapkan oleh pihak unand untuk berjualan di tempat yang telah disediakan,Dengan nyali yang tinggi para ibu mengumpulkan keberaniannya menentang peraturan yang telah ditetapkan.Hal ini terbukti dengan kembalinya para one-one berjualan di koridor gedung-gedung perkuliahan dan meninggalkan tempat baru yang telah disediakan oleh pihak unand,tempat dimana seharusnya mereka berada.
Setujukah Anda jika para one-one pedagang lesehan harus di gusur?Jawaban Anda pasti bervariasi, ada yang jawab setuju, tidak setuju, dan tidak tahu, tentunya dengan alasan yang bertubi-tubi. Namun satu hal yang perlu ditinjau disini. Yaitu mengenai orang-orang yang tidak setuju para one pedagang makanan lesehan digusur. dapat dipastikan mereka adalah orang-orang yang memiliki kepentingan dengan para pedegang lesehan atau bahkan mereka adalah pedaganya itu sendiri. Yang menjawab setuju, mereka adalah orang-orang yang hidup di luar lingkaran kemiskinan (orang menegah ke atas). Bagi yang menjawab tidak tahu, dipastikan mereka adalah orang yang tidak aware (tanggap) terhadap lingkungan sekitarnya, biasanya orang-orang seperti ini selalu banyak kehilangan peluang kesuksesan dan keberuntungan.
Pihak rektorat menganggap para one pedagang lesehan dapat mengganggu aktivitas perkuliahan disamping mengganggu keindahan lingkungan kampus,dengan letaknya yang tepat disebelah kanan atau kiri pintu kelas di sepanjang koridor gedung perkuliahan.
Sebagian pihak yang ber-argument bahwa alasan pihak unand melakukan penggusuran para pedagang terhitung basi dan kurang tepat (katanya untuk ketertiban dan kebersihan). Pihak rektorat kurang cerdas menangani masalah ini, padahal dengan melakukan penggusuran terhadap pedagang lesehan malah membuat puluhan keluarga ini terpuruk secara ekonomi,Kalaupun alasannya untuk kebersihan dan ketertiban, Alangkah layaknya jika pihak unand menyediakan space terbuka dengan tempat yang layak dan nyaman dan di daerah yang strategis dan untuk menagani kebersihan kenapa pihak unand tidak berupaya untuk menyediakan semacam kebijakan kepada semua pedagang untuk membersihkan sampah-sampahnya dengan konsekuensi yang logis jika dilanggar nantinya.
Penertiban itu memang diperlukan, karena para pedagang yang berjualan bukan pada tempatnya itu, dinilai sangat mengganggu pemandangan dan kebersihan akan tetapi Mereka bukanlah kriminal, mereka bukanlah teroris yang mem-bom public place, mereka bukanlah seperti mereka bukan juga para koruptor yang lebih sadis dari pembunuh berdarah dingin. Mereka hanya manusia-manusia yang mempunyai cita-cita sederhana.
Baik itu para eksekutor (pamong praja,, satpam dkk) juga pengambil kebijakan di
tingkatan atas, dalam hal ini juga tidak patut disalahkan. Sesuai dengan hadist nabi, "kebersihan itu bagian dari iman" juga hadis yang berbunyi "Allah itu indah dan mencintai keindahan". Mungkin atas dalil itu pihak unand berusaha menciptakan keindahan kampus hijau ini.Keindahan kampus dan kebersihan lingkungan menjadi tanggung jawab kita semua. Ironis memang di satu sisi para pedagang ingin memenuhi kebutuhan hidup mereka, tapi di sisi yang lain terkadang mereka juga merugikan orang lain. Misalnya saja berjualan tepat disebelah kanan maupun kiri pintu masuk ruang perkuliahan selain tidak indah di pandang keberadaan pedagang lesehan ini kerap disalah gunakan oleh para mahasiswa seperti contoh, ketika mengikuti pelajaran seorang mahasiswa bisa saja permisi keluar kelas kemudian merokok,makan atau minum sesuatu dengan posisi wenak (PW) dilesehan one-one tersebut, sementara pelajaran terus berlangsung dan dipastikan mahasiswa itu sendiri akan ketinggalan pelajarannya.Seandainya saja lokasi berjualan one-one ini tidak se-strategis itu,boleh dikatakan memerlukan waktu untuk menjangkaunya dipastikan mahasiswa enggan untuk permisi bahkan nongkrong berlama-lama dilesehan one-one.
Ini merupakan pilihan yang meskipun tidak bijak tapi itulah yang terbaik namun ini Semua telah difikirkan secara cerdas, rasional, jernih, penuh pertimbangan yang matang danbertanggung jawab, bahkan opsi terakhir yang dilakukan pihak unand adalah mengambil kebijakan membangun tempat berjualan untuk para pedagang lesehan bahkan akan memberi modal usaha sebesar Rp 500- tetapi hasilnya tidak begitu membantu, para pedagang hanya bertahan satu hingga dua bulan di tempat yang baru,kemudian dengan beraninya mereka kembali ketempatnya semula.Mungkin alasan tempat baru yang tidak strategis bisa diterima, tapi yakin 1-2 bulan ke depan jika para pedagang lesehan bertahan di tempat baru tersebut pasti lambat laun pembeli juga akan datang ke tempat yang baru tersebut.Mungkin memang perlu sedikit waktu dan pengorbanan.
Memang tidak semua orang bisa mengerti dan memahami kenapa penggusuran merupakan pilihan terbaik.Apalagi mahasiswa yang merasakan dampak buruknya karena sulit membeli jajanan ketika tiba-tiba perut lapar.
Di gusur akan mempersulit keadaan ekonomi si penjual karena tidak larisnya dagangan di tempat yang baru karena letaknya yang tidak strategis oleh para one.tidak digusur malah akan mengganggu aktivitas belajar dan mengganggu pemandangan juga kebersihan kampus nantinya. Pilihan yang cukup rumit namun yang dihadapi bukan antara mana yang baik dan mana yang buruk tetapi antara yang buruk, lebih buruk dan paling buruk Bukan tidak mungkin meminta pihak rektorat memikirkan kebijakan yang lebih tepat tetapi itu tentu butuh waktu lama sementara sikon tidak memberikan waktu yang leluasa ,bukan…!!!
Penulis : Sylvia Sari GA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar