Sabtu, 04 April 2009

EUFORIA DEMOKRASI JELANG PEMILU 2009

Berpesta boleh saja tidak menjadi hobi semua orang, namun yang pasti sebuah pesta tetap akan menyedot perhatian, terlebih sebuah pesta besar yang meriah dan semarak. Pesta menjadi ajang tumpah ruah kebahagiaan euforia kebersamaan yang tentunya ada motif yang berbeda dibaliknya. Apalagi sebuah pesta demokrasi yang melibatkan hampir 220 juta umat manusia di bumi Indonesia ini. Pesta yang hadir hanya sekali dalam 4 tahun ini menyimpan berbagai kisah yang menarik untuk disimak.

Pesta demokrasi yang menyentuh seluruh lapisan setanah air ini juga dapat dirasakan turut mengguncang ranah minang. Bahkan sebelum jadwal kampanye datang, telah banyak ditemui hal-hal yang berbau seruan dan ajakan untuk memilih orang atau golongan tertentu. Apalagi sejak masa kampanye diberlakukan, yah…black campaign sebuah sisi hitam yang sulit untuk dibasmi. Memasuki masa kampanye, hiasaan bendera dan spanduk terasa kian menyesaki setiap sudut kota. Hal yang sebelumnya ditakuti banyak kalangan yaitu kebiasaan masyarakat Minang yang cenderung dingin dalam menghadapi pesta demokrasi ternyata tidak benar-benar terjadi. Antusiasme urang minang belakangan bahkan kian menunjukkan euforia yang berlebih saat kampanye akbar beberapa partai politik digelar.

Kampanye akbar, begitulah puncak dari sebuah kampanye partai politik besar mengajak kader dan simpatisan bahkan publik untuk tetap memilih dan memenangkan partia masing-masing. Panggung dengan ukuran super jumbo dan atribut yang beragam bentuk dan jumlahnya betapa menggambarkan besarnya biaya yang haurs dikeluarkan partai politik untuk menggelar sebuah kampanye akbar. Di Padang sendiri tercatat beberapa partai seperti PKS, PAN, Gerindra, dan Demokrat telah menggelar kampanye akbar sesuai dengan jadwal masing masing. Untuk menarik perhatian massa, bahkan beberapa partai politik berani mendatangkan artis papan atas ibu kota untuk mengguncang panggung kampanye. Ada yang mendatangkan Changcutters, Andra and the Backbone, dan segala macamnya. Namun tidak sedikit masa yang datang menghadiri kampanye justru hanya untuk menyaksikan para artis-artis tersebut beraksi di atas panggung. Orasi politik yang sebenarnya adalah benang merah seakan hanya menjadi pelengkap aksi para bintang, bukan sebaliknya. Beberapa partai politik bahkan menghadirkan orang-orang utama di barisan terdepan, sebut saja Amien Rais, Sutrisno Bachir, Prabowo Subianto, dan orang nomor satu di Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono turut menghadiri kampanye partai masing masing. Namun euforia masyarakat menyambut laga si artis lebih bergemuruh dibandingkan dengan saat si tokoh berorasi. Subjektifitas ini tentu miliki oleh setiap orang.

Cerita lain di balik kampanye akbar yang dilangsungkan beberapa parpol ini antara lain adalah rusaknya kondisi lingkungan tempat kampanye dilaksanakan. Sebut saja ruang terbuka hijau (RTH)Imam Bonjol, usai partai Demokrat melakukan aksi kampanye akbarnya pada Minggu (29/3). Beberapa ruas taman di RTH Imam Bonjol menjadi tidak berbentuk lagi. Tumbuhan yang sedia kalanya menghiasi RTH banyak yang diinjak-injak oleh massa yang datang, bahkan rumput di lapangan pun seketika menjadi hancur dan terancam gundul di beberapa bagian. Kondisi seperti ini rawan terjadi sejak dari dulu, namun perhatian untuk hal-hal kecil ini cenderung menjadi terindahkan. Kondisi ini jelas memprihatinkan, lingkungan di sekitar RTH menjadi sembraut. Sampah-sampah tentunya dapat dibersihkan, namun kerusakan-kerusakan seperti tanaman dan rerumputan butuh dana untuk memperbaikinya.

Selain itu, pelanggaran juga masih mewarnai kampanye berbagai partai politik. Aturan untuk tidak membawa anak-anak saat berkampanye seakan tidak berlaku. Yang miris, bahkan anak-anak ini banyak yang terlepas hilang dari orang tuanya. Setidaknya dari catatan Genta Andalas saat kampanye akbar Partai Demokrat lalu sebanyak 7 orang anak hilang dan terpisah dari orang tuanya. Hal seperti ini yang sebenarnya yang harus diantisipasi, hiruk dan sesaknya manusia yang memadati lapangan Imam Bonjol kala itu seharusnya membuat orang tua harus ekstra hati-hati.

Seorang nenek yang mengaku berasal dari Balimbiang Padang bahkan sempat sempoyongan dan dievakuasi oleh massa keluar dari kepadatan massa yang menurut perkiraane panitia melebihi 75.000 jiwa. Nenek ini mengaku datang sendiri untuk melihat langsung sosok presiden dari dekat, yang kala itu hadir dalam porsinya sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat

Pesta demokrasi akan selalu menyisakan cerita-cerita unik, cerita yang tidak sepatutnya terjadi dan cerita lain yang kadang harus menyadarkan kita bahwa berdemokrasi ternyata butuh aturan main. Aktualisasi berdemokrasi dalam wajah pemilu akan menemui titik nadirnya nanti pada 9 April 2009. Semoga harga mahal sebuah demokrasi dapat dibayar dengan sebuah janji-janji yang menjadi kenyataan, janji akan kemakmuran, janji akan kebangkitan, janji akan sebuah pencerahan di masa depan.

Sabtu, 14 Februari 2009

Perubahan Sistem Menuju Lebih Baik

Genta Andalas bakal merubah sistem dalam proses penerimaan anggota barunya.
Dimana para calon anggota akan mengenal yang namanya Sistem Kredit Point,setiap CA(CalonAnggota) diharapkan akan berlomba2 mengumpulkan point mereka masing2 untuk nanti akan mendapatkan kualifikasi tertentu.
selain itu hubungan (relationship) harus lebih memperhatikan norma kesopanan dan Relationship semi formal dalam berkegiatan..
Disiplin akan ditingkatkan, stiap memasuki kawasan hijau genta andalas harus menggunakan ID Card CA.
Tidak dibenarkan menghisap benda "lakhnat" bernama ROKOK, ketika berkegiatan dan memasuki kawas hijau Genta Andalas.
"Diary Genta" merupakan sebuah buku yang wajib diisi mengenai profille lengkap Para Senior di Genta,,hal ini berbeda dengan buku2 suci pada kegiatan Ospek atau MOS,,,buku ini bertujuan melatih berwawancara dan berbicara dengan baik ketika berelasi,,karna hal ini sangat penting dalam proses pemberitaan di Genta Andalas khusunya.


MARI KITA SUKSESKAN Perubahan dalam PROSES Open Recruitment Genta Andalas.
Semoga Genta tetap menjadi yang baik dan yang terbaik.
Amin!

Minggu, 18 Januari 2009

Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut 2009 se-Kota Padang

Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut 2009

se-Kota Padang

met wisuda

Selamat Wisuda Saudara Kami,

Open Recruitment Genta Andalas 2009

Open Recruitment Genta Andalas




ISI TABLOID GENTA EDISI XXX JANUARI - FEBRUARI 2009

(Wacana)

UNAND MENUJU UNIVERSITAS BERTARAF INTERNASIONAL

Universitas tidak ubahnya seperti suatu wadah atau sarana mengolah input untuk menghasilkan suatu output yang berkualitas, dimana input yang dimaksud adalah para calon mahasiswa yang telah terseleksi baik itu melalui sistem penjaringan PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan), SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) maupun sistem lainnya yang telah diterima di perguruan tinggi negeri maupun swasta, dan dalam proses produksinya sebuah universitas tentunya menggunakan sistem yang bermutu, agar lulusan dari universitas tersebut menjadi output yang berkualitas dan dapat memberikan sumbangsihnya bagi negara dan masyarakat. 
Dalam hal ini Unand (Universitas Andalas) yang merupakan universitas terkemuka di Sumatera Barat juga melakukan proses tersebut, dan menginginkan hal yang sama, yaitu menjadikan lulusan sebagai mahasiswa yang bermutu. Tentunya itu semua tidak terlepas dari upaya dan proses, yaitu memiliki kedisiplinan, sarana dan prasarana yang baik, dan mahasiswa yang dihasilkan pun bermutu. Dan tahapan yang dilakukan Unand sekarang yaitu Unand menuju “universitas bertaraf Internasional”.
Muncul pertanyaan besar, telah siapkah Unand akan menjadi universitas bertaraf internasional, secara kasarnya Unand telah memperlihatkan berbagai fase kemajuan yang sangat berarti untuk menuju ke level tersebut, seperti halnya pembangunan sarana untuk memudahkan mahasiswa seperti membangun asrama mahasiswa, telah adanya sistem perparkiran yang baik dan adanya kuliah kewirausahaan yang dapat membantu mahasiswa baik berupa motivasi, materi-materi, maupun bantuan untuk mengawali membuka usaha atau menjadi wirausahawan, tetapi faktanya banyak hal juga yang harus dibenahi dari Unand secara keseluruhan, dimana sistemnya dirasa sudah baik tapi dalam pelaksanaan masih sangat kurang diantaranya dari sisi mahasiswanya masih belum memiliki disiplin yang baik dimana terbukti saat perkuliah adanya mahasiswa yang mengunakan kaos oblong dan memakai sandal capal, apakah ini mencerminkan mahasiswa? sedangkan peraturannya, seorang mahasiswa seharusnya menggunakan busana yang sopan dan rapi seperti baju yang memiliki krah dan menggunakan sepatu, dan ketidakdisiplinan lainnya dari mahasiswa yaitu dalam perkuliahan sering datang terlambat, dalam membuat tugas sering mencontek, dan dalam ujian membuat jimat, ini baru dari sisi mahasiswa, tetapi dari sisi dosen juga perlunya perbaikan dimana adanya dosen yang datang terlambat, dan dosen yang hanya hadir beberapa kali pertemuan saja dalam kuliah. 
Dan dari sisi kondisi perkuliahan, dimana dirasa belum kondusif seperti halnya one-one yang berjualan di depan gedung perkulihan, dirasa belum mencerminkan Unversita yang bertaraf internasional, ini semua yang membuat Unand masih perlu bekerja keras menjadi universitas bertaraf internasional.  
Belum lagi dari sarana dan prasarana, seperti halnya buku-buku perpustakaan yang kurang memadai, karena untuk menjadi universitas internasional haruslah ditunjang dengan perpustakaan yang memiliki fasilitas yang lengkap, dimana perpustakaan yang digunakan dapat memberikan berbagai manfaat dan rasa nyaman bagi mahasiswa yang berada di sana, karena perpustakaan merupakan sumber informasi untuk pencerdasan dan juga pusat informasi untuk mencari bahan-bahan perkuliahan bagi mahasiswa.
Dalam hal ini tentunya menjadi Universitas bertaraf Internasional “World Class University” adalah sangat sulit, dimana universitas bertaraf internasional memiliki persyaratan dan kriteria yang tidak mudah. Universitas bertaraf internasional haruslah memiliki tenaga pendidik (dosen) yang berkualitas, sarana dan prasarana yang mendukung serta birokrasi yang tidak berbelit-belit dan jelas, output dari universitas itu sendiri harus memiliki mutu yang baik dan nantinya dapat di terima di dunia kerja atau dapat menciptakan lapangan kerjanya sendiri.
  Universitas bertaraf Internasional saat ini sedang sangat populer, khususnya di kalangan perguruan tinggi Indonesia. Istilah ini semakin terdengar terutama sejak pemerintah mengeluarkan SK mengenai otonomi bagi beberapa perguruan tinggi negeri seperti UI (Universitas Indonesia), UGM (Universitas Gajah Mada), ITB (Institut Teknologi Bandung), IPB (Institut Pertanian Bogor). Hampir semua perguruan tinggi tersebut secara tegas maupun tersirat mencantumkan visinya menuju “World Class University” atau “Universitas Bertaraf Internasional”. Perlu diingat, bahwa dunia pendidikan tinggi kita juga tidak terlepas dari unsur sosial politik yang terjadi di masyarakat sehingga pengembangan universitas juga sangat terkait dengan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Jika Indonesia, melalui DIKTI ingin mewujudkan harapannya memiliki 25 universitas berkelas internasional, diharapkan Unand menjadi salah satunya.
Dalam hal ini langkah Unand untuk menjadi universitas bertaraf internasional sangatlah berat disebabkan banyak hal yang harus dibenahi, bukan tidak mungkin Unand menjadi universita bertaraf internasional di Indonesia, akan tetapi perlunya Unand kembali memperbaiki sistem yang kurang efektif dan perlunya kordinasi yang baik antar warga unand baik itu mahasiswanya harus memiliki kesadaran akan sebuah kedisiplinan, dan elit-elit kampus serta jajaran universitas mampu menyatukan visi baru yaitu untuk menjadikan impian yang sudah diangan-angankan segenap civitas akademika Unand.  
 Unand dalam kenyataannya telah memiliki faktor-faktor yang dapat menjadikannya universitas bertaraf internasional, seperti adanya pembangunan-pembangunan, baik pembangunan berbentuk gedung- gedung perkuliahan yang baru dan pembentukan akan mutu sumberdaya manusia (mahasiswa) seperti telah diadakannya ESQ (Emotional Spritual Quotient) bagi mahasiswa baru yang telah terlaksana dua tahun ini, diharapkan akan berlanjut seterusnya. Dan untuk meningkatkan kualitas Unand itu sendiri, tinggal bagaimana kita mampu untuk berjuang mengubah hal yang belum berjalan efektif agar dapat menjadi lebih baik sehingga hal yang dirasa masih kurang dapat menjadi optimal agar tercapai Unand yang bertaraf internasional.

 Apabila Unand menjadi universitas bertaraf internasional, Unand tidak hanya dapat meningkatkan mutu, disiplin dari mahasiswanya tetapi Unand juga dapat menjadi universitas yang dapat memberikan inspirasi bagi universitas lainnya untuk dapat juga menjadi universitas yang bertaraf internasional, dan disisi lainnya menjadikan Unand memiliki output yang berdayasaing tinggi yaitu memiliki lulusan yang dapat diterima oleh dunia kerja atau dunia usaha baik lokal maupun internasional, ini semua memerlukan langkah-langkah yang kongkrit, terstruktur, serta visi dan misi yan

g jelas demi terwujudnya Unand yang bertaraf Internasional.  

Penulis :Esa Sapitri GA


Sekarang Ini Zaman Edan (krisis kesejahteraan sosial)

Masih ingatkah anda dengan depresi besar tahun 1930-an dimana mekanisme pasar bebasnya ala Adam Smith tidak mampu mengatasi masalah ekonomi yang besar tersebut. Keadaan saat itu benar-benar membuat perubahan besar status sosial banyak orang. Para pengusaha besar seketika menjadi miskin. Begitu juga dengan krisis moneter yang melanda asia tahun 1997. Krisis tersebut mempunyai dampak ekonomi negatif yang sangat besar.

Yang terjadi sekarang atau trend masa kini adalah krisis kesejahteraan sosial dimana krisis kesejahteraan sosial ini membuat zaman ini menjadi edan.

Apa itu krisis kesejahteraan sosial?

Krisis kesejahteraan sosial berkaitan erat dengan motif-motif ekonomi. Seperti motif ekonomi manusia sebagai konsumen dan motif manusia sebagai produsen. Motif manusia sebagai konsumen berkaitan dengan memperoleh kepuasan maksimum dan motif produsen berkaitan dengan memperoleh laba maksimum.

Krisis kesejahteraan sosial berarti terjadinya ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan produsen, konsumen dan pihak-pihak lain yang tidak saling merugikan dan tidak melanggar nilai-nilai sosial dan spritual.

Maksudnya adalah konsumen melanggar nilai-nilai sosial dan spritual untuk mencapai kepuasannya. Produsen melanggar nilai-nilai sosial dan spritual dalam berusaha atau berproduksi untuk memperoleh laba maksimum. Pemerintah/pejabat/orang-orang tertentu melakukan penyimpangan terhadap program kesejahteraan sosial.

Dengan krisis kesejahteraan sosial tersebut maka zaman ini menjadi edan. Orang-orang tidak memperhatikan nilai-nilai sosial dan spritual lagi. Ketimpangan-ketimpangan banyak terjadi dan etika moral dan spritual tidak dianggap lagi demi mencapai kepuasan dan laba maksimum.

Bagaimana fenomena edannya zaman sekarang ini yang diakibatkan krisis kesejahteraan sosial.

Berikut beberapa contoh fenomena tersebut:

#Manusia mengejar kemewahan 

Manusia jaman sekarang ini menganggap bahwa kemewahan adalah hal yang harus diperoleh dan kemewahan merupakan suatu kepuasan yang maksimum bagi mereka. Karena manusia jaman sekarang mengejar kemewahan maka mereka dalam kenyataannya menggunakan cara instan agar kaya yang tidak memperhatikan nilai-nilai spritual dan sosial. Sebagai pejabat/pekerja/pegawai mereka melakukan korupsi. Sebagai produsen/pebisnis, mereka memproduksi suatu produk yang merugikan konsumen. Hal ini tampak seperti adanya kasus obat-obatan palsu, penambahan berat hewan yang akan dijual, penambahan pemanis buatan pada makanan yang kesemuanya untuk menurunkan biaya produksi agar laba maksimum tapi hal ini merugikan konsumen. Laba maksimum seperti itu dilakukan agar cepat kaya sehingga bisa membeli kemewahan atau untuk mengejar kemewahan. Untuk mendapatkan uang banyak maka pihak-pihak tertentu melanggar hph yaitu membabat atau mengkonservasi hutan di luar batas. Hal ini akan merugikan lingkungan.

Pejabat/pihak-pihak tertentu melakukan korupsi pada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) padahal dana tersebut digunakan untuk memberi bantuan pada anak-anak kurang mampu supaya dapat bersekolah. Selain dana BOS, penyelewengan terhadap dana bantuan untuk keluarga miskin pun terjadi. Betapa buruknya moral manusia modern. Demi mengejar uang untuk membeli kemewahan maka mereka tega mengambil uang jatah untuk anak dan keluarga Miskin. Betul-betul tidak bermoral dan hal ini membuat jaman sekarang tampak sangat edan.

Para pengusaha menghindari pajak, padahal pajak digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Dan ditambah lagi korupsi terhadap pajak ini turut memperburuk keadaan.

Para pebisnis televisi sengaja mempopulerkan acara-acara berkualitas buruk yaitu acara-acara yang mengeksplorasi kemewahan, sensualitas, gaya hidup berlebihan dan bebas, agar masyarakat terbius dan produknya laku dan hal ini juga membuat masyarakat mempunyai pola hidup konsumtif dan tidak bermoral. Mereka melakukan semua itu dengan alasan “karena pasar menginginkan”. Dan tentunya akan menambah besarnya laba mereka. Mereka tidak memperhitungkan dampak dampak negatif dari program-program yang mereka buat. Mereka tidak mau mengubah haluan acara karena jika mereka membuat suatu revolusi dari program acara tersebut maka mereka akan kehilangan konsumen sehingga laba mereka akan berkurang. Hal ini berarti mereka tetap mengejar laba maksimum tanpa memperhatikan nilai-nilai sosial dan spritual. Mereka tidak mengejar laba sosial (laba yang memperhitungkan nilai-nilai sosial dan spritual).

Karena tren acara-acara buruk tapi komersil tersebut maka pengusaha-pengusaha dunia pertelevisian yang baru begitu banyak bermunculan atau memasuki pasar pertelevisian karena mudahnya menggaet konsumen dengan acara-acara yang sama. Sesungguhnya acara-acara yang mereka buat hanya untuk mendapatkan laba maksimum dan mereka tidak peduli dengan bagaimana efeknya pada konsumen mereka. Banyak anak-anak muda yang malas belajar, masyarakat malas beribadah atau menunda ibadah demi menonton acara-acara tersebut. Masyarakat menganut pola hidup berfoya-foya, konsumtif, membudayakan pergaulan tidak sehat, pemujaan terhadap wanita dan sebaginya.

Juga fenomena yang lain yang terjadi adalah seperti mengagung-agungkan artis dan adanya fans club artis mengindikasikan bahwa hal tersebut berarti mengagung-agungkan seseorang. Seorang manusia tidak boleh mengagung-agungkan manusia lain karena setiap manusia itu sama derajatnya dalam hal yang umum kecuali ketakwaannya. Tidak ada manusia yang dapat diagung-agungkan di dunia ini, tidak peduli betapa hebat, cantik,kaya atau betapa suksesnya mereka. Manusia boleh belajar dari yang baik dan tidak boleh mengidolakan manusia lain.

Peranan acara-acara televisi yang dibuat para pebisnis televisi sangat besar pengaruhnya dalam membuat orang-orang mengagung-agungkan artis-artisnya. Masyarakat meniru sikap jelek mereka yang dianggap baik. Ini juga termasuk keedanan dunia yaitu menganggap yang jelek itu baik karena alasan “trend”. Trend yang dibuat media membuat dunia ini tambah edan. Dan kesemuanya tersebut tetap mempunyai tujuan memaksimalkan laba untuk mencapai kebutuhan dan keinginan yang maksimum atau kemewahan.

Saya sendiri pernah mendengar pernyataan dari salah satu pengusaha pertelvisian di Indonesia yang ketika ditanya mengapa ia terus-terusan memproduksi sinetron-sinetron seperti itu-itu juga. Ia menjawab karena “pasar Indonesia menginginkan hal tersebut”. Ini contoh nyata dari pengusaha sendiri yang mengakuinya. Dan hal ini tentu bermotifkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan nilai-nilai sosial dan spritual.

#Manusia mengejar kepuasan sex

Selain mengejar kemewahan, manusia sekarang ini juga mengejar kepuasan sex. Kenikmatan atau kepuasan sex dianggap sebagai kepuasan maksimum. Dalam hal ini manusia memenuhi kepuasan sex sebagai kepuasan yang maksimum. Mereka rela membayar mahal untuk menyewa pelacur untuk memuaskan nafsu sexnya. Dalam memenuhi kepuasannya mereka tidak memikirkan nilai-nilai sosial dan spritual lagi.

Para remaja pria menjadikan momen pacaran sebagai media penyaluran kebutuhan sex. Betul-betul suatu hal yang salah secara spritual dan termasuk tindakan asosial.

Karena adanya kebutuhan sex yang tinggi dari manusia sekarang ini maka pada zaman ini menjadikan bisnis sex menjadi ada dan malah berkembang pesat diseluruh negara di dunia. Bahkan banyak negara yang melegalkan bisnis ini. Hal ini berarti menjerumuskan konsumen dan mendatangkan efek-efek negatif pada konsumen atau masyarakat pada umumnya. Karena itu fenomena masyarakat mengejar kepuasan sex ini sebagai suatu yang edan di dunia ini. Bahkan fenomena manusia yang mengejar kepuasan sex ini mengakibatkan terjadinya kasus pemerkosaan dan perzinaan. Hal ini turut memperparah keadaan dunia.

Ketimpangan sosial, ketimpangan distribusi pendapatan menjadi masalah yang tidak ada habis-habisnya. Orang kaya bertambah kaya, orang miskin bertambah miskin apalagi diakibatkan karena orang-orang tertentu yang menyelewengkan dana yang seharusnya dugunakan untuk membantu orang miskin sehingga memperparah perbedaan sosial pada masyarakat di dunia. Semua ini karena sifat-sifat produsen, konsumen dan pihak-pihak lain yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai spritual dan sosial dimana mereka hanya memikirkan kepuasan diri yang maksimum saja dan rela merugikan orang lain. Semua hal di atas menjadikan dunia ini menjadi edan dan kesejahteraan sosial tidak tercapai atau sangat jauh dari kondisi kesejahteraan sosial.

Jadi sadarkah anda bahwa anda sekarang ini hidup di zaman yang edan dimana tidak terjadi atau jauh dari kesejahteraan sosial?

Oleh : Yuan Acitra (Mahasiswa FE Unand)

ISI TABLOID GA EDISI XXX JANUARI - FEBRUARI

(laporan Utama)

            

        Resesi Moral Pelaku Pendidikan
               Potret Buram Indonesia


Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan adat istiadat dan kemegahan alamnya. Namun hingga saat ini nampaknya semua rahmat itu belum dikelola dengan semestinya sehingga kesejahteraan bagi seluruh masyarakat belum jua dapat diwujudkan. Nah, selain itu Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak, yang seharusnya masyarakat hidup dengan jiwa spiritual yang tinggi, dimana tenggang rasa dan saling menghargai menjadi hal wajib yang tidak boleh ditawar lagi. Namun mengapa lambat laun negara ini lemah, oleh penghuninya sendiri?
Bidang yang paling utama, penentu peradaban dan kemajuan bangsa, yakni pendidikan, sudah tercoreng. Dekadensi Moral Dunia Pendidikan, kami menyebutnya. Sebab negara yang renta ini semakin rapuh oleh tindak bejat pelaku dunia pendidikan. Kekerasan di institusi pendidikan terus saja terjadi. Oleh pendidik kepada peserta didik, baik sesame peserta didik pun.
Tidak hanya kekerasan secara fisik, pun psikis dan pelecehan seksual. Istilah guru cabul kini ramai menghiasi pemberitaan utama di media lokal maupun nasional. Dan hal itu seperti wabah yang menjalar, menular pada makhluk lainnya. Sehingga tindakan tersebut seperti di copy paste pelaku bejad lainnya.
Baru-baru ini Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak melalui Kak Seto mengumumkan data kekerasan terhadap anak terus meningkat dari tahun ke tahun. Dan sayangnya justru kekerasan tersebut terjadi di institusi pendidikan. Dan pelecehan seksual juga menunjukkan peningkatan.
Meski gencar dihujat masyarakat, meski sangsi terhadap pelaku perusak citra pendidikan itu tegas ditetapkan penegak hukum, namun cerita belum usai nampaknya. Terus saja kasus demi kasus bermunculan. Tidak saja di lingkungan sekolah, namun juga semakin mewabah ke lingkungan kampus.
Mahasiswa justru banyak yang terjerumus syahwat sesat. Tidak jarang pula kita dengar pasangan mahasiswa dipergoki tengah esek-esek di lingkungan kampus, direkam pula, sehingga aksi mereka justru dinikmati masyarakat banyak. Allahualam, mereka seperti lupa ada kuasa di atas kuasa.
Tidak cukup sampai di situ. Resesi moral juga terjadi antara dosen sebagai pengajar dan mahasiswa. Seks dijadikan andalan menjilat dosen. Jika ingin memperoleh nilai tinggi maka jangan ragu menjaja seks pada sang dosen, itu banyak terjadi. Istilah ayam kampus pun kini bukan sesuatu yang tabu lagi, di ranah minang ini pun “ayam-ayam” berkeliaran, mencari mangsa demi keuntungan mereka.
Berikut hasil liputan tim Genta Andalas sekaitan dengan hal ini

Jeruji di Dunia Malam kampus Andalas

 SHORT Time atau long time? Bagi sebagian orang ini bukan kata-kata atau istilah yang aneh. Atau yang paling santer nun paling menarik juga di telinga sebagian kita yaitu istilah “ayam kampus”. Lalu bagaimana jika kita membahas tentang penjaja seks di kalangan kampus? Akan lebih menarik bukan? Atau yang lebih menarik lagi kita bicara dunia malam dan penjaja seks oleh kalangan mahasiswa Universitas Andalas?
 Universitas Andalas yang kita ketahui adalah sebuah institusi pendidikan yang katanya “terbesar dan paling megah di Asia tenggara”, apa benar? Lalu apa lagi yang kita ketahui tentang Universitas Andalas? Apakah cerita tentang sebuah Universitas di Sumatera Barat yang menjadi barometer pendidikan di nagari yang kuat dengan adat dan agama ini? Atau tentang Universitas Andalas, sebuah universitas negeri yang kurang diminati di Indonesia jika dibandingkan dengan universitas lain di Pulau Jawa? Lalu apa lagi?
 Kali ini Genta Andalas ingin mengajak anda untuk sedikit membuka mata lebih lebar lagi, membuka telinga lebih besar lagi. Kami mencoba mengajak anda menelisik sebuah fenomena di kampus Universitas Andalas tercinta ini. Namun sesungguhnya bagi sebagian besar anda, fenomena ini mungkin sebuah fenomena yang biasa, tidak baru, asing atau bukan fenomena ganjil lagi. Namun percayalah, bagi sebagian besar orang di kampus hijau atau di ranah minang fenomena ini mungkin akan cukup mengagetkan atau boleh kata sulit dipercaya. Ya, Fenomena kehidupan malam sebagian kecil mahasiswa Andalas yang mungkin bagi sebagian orang menarik dan bagi sebagian besarnya lagi memilukan. Fenomena yang melukiskan bagaimana dekadensi moral itu telah menjalar dengan ganas di kalangan manusia-manusia berpendidikan, khususnya di Unand.
 Beberapa waktu belakangan warga Unand dikejutkan dengan tersebarnya video mesum salah seorang mahasiswa Unand, lalu mahasiswi Unand yang kepergok di kamar kost dengan mahasiswa lain, masalah mahasiswi Unand yang kepergok tengah berbuat mesum di areal kampus, dan juga mahasiswi Unand yang tengah melaksanakan KKN juga kepergok oleh masyarakat tengah berbuat mesum, atau cerita-cerita lainnya. Dan yang perlu kita ketahui bahwa itu baru sebagian kecil dari yang sesungguhnya tentang bagaimana norma bukan lagi menjadi sebuah aturan hidup untuk mengayom moral. Mungkin itu semua berawal dari sebuah adanya kesempatan untuk berbuat dengan sebuah kedok bernama “khilaf”. Namun yang ini adalah sebuah fenomena yang benar-benar di sengaja. Bukan khilaf atau karena faktor setan dan kesempatan, namun lebih dari itu semua.
 Menyesuaikan dengan fenomena yang sekarang tengah kita bahas, awalnya saya sangat kesulitan mencari nara sumber yang bisa dan mau dengan baik memberikan informasi tentang dunia malam mahasiswa kepada saya. Mungkin sebagian besar banyak yang takut rahasianya terbongkar atau malah dibongkar. Namun beruntung akhirnya ada seorang mahasiswi yang mau untuk diwawancarai, walaupun harus melewati pendekatan yang begitu panjang dan berliku. Seorang mahasiswi yang ingin berbagi kisah dan mengajak seisi kampus membelalakkan mata besar-besar, bahwa fenomena ini nyata.
 Sebut saja nama nara sumber kita ini “Bulan”, Bulan merupakan salah seorang mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. Perempuan yang berpenampilan cukup menarik ini bercerita panjang tentang bagaimana sebenarnya kehidupan dunia malam dikalangan mahasiswa, kususnya mahasiswa Universitas Andalas. Bulan menuturkan, sejauh pantauannya khusus untuk Unand para mahasiswi pelaku dunia malam kebanyakan berasal dari Fakultas Ekonomi khususnya DIII Ekonomi dan Ekonomi Ekstensi, selain itu Fakultas Hukum dan Hukum Ekstensi dan sebagian lagi mahasiswi Fakultas Sastra. Namun Bulan mengungkapkan bukan berarti di fakultas lain tidak ada, tetapi sejauh yang ia lihat di fakultas-fakultas tersebut di ataslah yang paling banyak ditemukan ayam kampus atau pelaku dunia malam.
Tarifnya bervariasi
 Sistem kerjanya pun bervariasi. Ada yang langsung turun ke pub dan mencari sendiri pelanggannya dan adapula yang terpola secara tersistematis, yaitu bagi mereka yang menggunakan mami sebagai perantara. Mami-mami ini sebagian besar juga mahasiswa, selain juga ada mami-mami dari luar kampus. Mami-mami inilah yang mencarikan pelanggan untuk para anak buahnya. Yang pastinya ada bagian-bagian sesuai dengan kesepakatan yang harus dibagi antara mami dengan si anak buah, “Biasanya pembagian berkisar antara 30-70 atau 40-70% ” tutur Bulan.
 Untuk bayaran tidak rata. Ada dua istilah yang acap digunakan yaitu short time dan long time, nah inilah yang tadi kita bahas di kalimat pembuka. Sama dengan pengertiannya, long time tentu bayarannya lebih tinggi dibandingkan dengan short time. Bulan menuturkan, normalnya tarif para mahasiswi yaitu berkisar di 900 ribuan dan bayaran yang paling rendah dikalangan mahasiswi berkisar antara 400-500ribu rupiah. Sedangkan bayaran termahal untuk mahasiswi dengan “varietas unggul” yaitu sampai 2 jutaan. Bahkan Bulan menceritakan ada temannya yang sampaikan dibelikan mobil oleh langganannya, diajak jalan-jalan ke Bali dan dibelanjai biaya hidup setiap bulan.
 Tidak sedikit para mahasiswi yang menjajakan “jualannya” ini yang menggunakan “pemanis”, salah satunya yang sering kita kenal dengan istilah susuk. Tentunya menggunakan jasa orang pintar semacam dukun dan lainnya. Bulan mengungkapkan, pemanis ini gunanya adalah untuk memikat para langganan atau tamu yang datang ke Pub. Media yang paling sering atau biasanya digunakan oleh para ayam kampus ini adalah Pub, sebut saja beberapa pub di Kota Padang seperti Club B+/ Sedona, Pub di Hotel Pangeran, Hotel Rocky dan The Ambacang Hotel. Jika ditanyai berapa banyak mahasiswi Unand yang datang berkunjung ke pub-pub ini, maka jawabannya adalah sangat banyak. Namun tentunya tidak semua yang datang ke pub, langsung di cap adalah mahasiswa tidak baik-baik, “itu salah” menurut Bulan. Bulan menjelaskan, bahwa normalnya masyarakat lainnya, kebanyakan yang datang ke pub hanya sekedar having fun atau pergi melepas penat dan stress yang bersarang, akibat aktivitas sehari-hari. Namun Bulan mengungkapkan, kalau untuk hubungan yang lebih dalam biasanya di pub adalah proses perkenalan atau transaksi awal, kemudian party pun berlanjut ke hotel atau tempat yang telah disediakan si pengguna jasa layanan dari para mahasiswi. 
Ketika ditanyai mengenai hotel yang sering digunakan oleh para ayam kampus dan pelanggannya, dengan santai Bulan menjawab “Hotel-hotel berbintang seperti Pangeran Beach, Bumi Minang, Rocky Hotel atau The Ambacang Hotel, sudah pasti menjadi tempat yang paling sering digunakan karena dihotel-hotel berbintang seperti itu keamanan mereka terjamin. Namun banyak juga yang menggunakan hotel-hotel kelas melati dan penginapan/ losmen kecil. Sebut saja, Hotel Satria di kawasan Tarandam merupakan salah satu tempat yang sering digunakan. Selain itu Wisma Puri Indah juga menjadi tempat yang paling sering dipakai” Bulan mengungkapkan bahwa dua tempat diatas sampai saat ini masih menjadi tempat yang paling aman karena dibacking oleh oknum/aparat. Jadi tempat itu masih menjadi yang paling favorit.
 Namun selain hotel, Bulan mengungkapkan ada juga mahasiswi yang berani membawa langganannya ke kost atau kontrakannya. Ini rata-rata terjadi di kost/kontrakan yang berada di kawasan bawah, seperti daerah Jati dan sekitarnya. Ada yang “main” di rumah/ tempat lainnya yang disediakan para langganan dan bahkan ada yang “main” di atas mobil ungkap Bulan.
 Cerita Bulan, ada pelanggan/om-om yang dalam satu malam menggunakan lebih dari satu jasa ayam kampus. Salah satu teman Bulan, yang merupakan pengusaha di Kota Padang, dalam satu malam ada yang menggunakan jasa 4 orang ayam kampus. Menurut bulan, para pelanggan/ om-om cenderung lebih menyukai jasa ayam kampus dibandingkan dengan jasa penjaja seks komersil luaran. Kecenderungan ini karena pelanggan menilai bahwa mahasiswi lebih berpendidikan/ memiliki intelektualitas tersendiri dan juga cenderung lebih bersih.
Dunia malam, ayam kampus dan obat-batan itu saling terkait.
 Cerita lain di balik jajaan seks dari kalangan mahasiswi merembet ke masalah transaksi narkoba dan sejenisnya. Bulan mengungkapkan tidak jarang para ayam kampus tersebut menggunakan obat-obatan untuk meningkatkan stamina dan gairah mereka. Sebut saja seperti Inex dan shabu, Bulan mengungkapkan inex merupakan salah satu yang paling ramai digunakan dipasaran dunia malam, harga perbutirnya rata-rata 150ribu rupiah, sedangkan shabu dijual rata-rata 100ribu tiap paketnya. Bulan mengungkapkan, kadang ia dapat menggunakan satu inex untuk dua atau tiga orang teman-temannya yang lain. Tentu “efeknya akan berbeda” tambah Bulan.
 Di kalangan mahasiswi pelaku dunia malam ini sendiri juga banyak ditemui persaingan, baik persaingan sehat maupun yang sudah tidak sehat lagi. Bulan mengungkapkan biasanya para mahasiswi memiliki langganan tetap, seperti om-om yang sudah langganan ia temani. Bukan tidak jarang, pertengkaran sering muncul. Karena yang satu merasa pelanggannya direbut oleh yang lainnya. Bahkan adapula terjadi pertengkaran fisik antara sesama wanita.
 Awalnya saya meragukan, karena Padang serayanya bukan kota besar layaknya Jakarta, Bandung, Jogja atau Medan. Sehingga saya berfikir siapa yang akan menjadi pelanggan para ayam kampus? Apakah juga dari kalangan mahasiswa? Bulan tertawa ketika hal ini saya tanyakan kepadanya “Mas wartawan jangan mengira Padang ini sekecil apa yang anda bayangkan. Anda tau, Perusahan semen ternama di Kota ini beberapa pegawainya adalah salah satu pelanggan utama para ayam kampus, selain itu tidak sedikit juga para pejabat-pejabat pemerintahan yang menggunakan jasa ayam kampus, serta banyak lagi para lelaki berduit yang mungkin merasa kesepian,” ungkap Bulan. Bahkan ada juga anak-anak muda yang berasal dari keluarga yang notabenenya keluarga “berada” yang menghabiskan duit orang tuanya ke dunia kotor ini. Selain itu, juga ada konsumen dari kalangan mahasiswa sendiri, meski prosentasenya tidak banyak.
Juga Ada Dosen Sebagai Konsumen
 Yang paling membuat saya kaget adalah ketika Bulan bercerita di salah satu fakultas non eksak di Unand, ada dosen yang rutin menggunakan jasa mahasiswinya untuk memenuhi kepuasan batinnya, hal ini masih dalam konteks antara ayam kampus dengan langgananya. Mendengar pengakuan Bulan ini, bulu roma saya sentak merinding. Rasanya tidak percaya fenomena-fenomena yang bisa disuguhkan oleh tayangan-tayangan sinetron di televisi ternyata juga ada di dunia nyata, dan yang membuat lebih miris lagi, ternyata hal itu ada di sekitar kita di Univeristas Andalas.
 Bulan mengaku tidak mengetahui tentang motif lain dosen menggunakan mahasiswanya sebagai pelayan seks mereka. Seperti adanya ancaman nilai maupun yang berhubungan dengan skripsi. Sejauh yang ia temui dikalangan teman-temannya, Dosen tetap sebagai konsumen biasa. Namun ada juga yang hubungan dengan dosen lebih dari sekedar konsumen dengan penjaja. Ada yang sudah bermain jauh dari itu.
 Apakah para ayam kampus ini melakukan suntik KB? tanya saya pada Bulan. Bulan mengungkapkan, mungkin ada yang suntik ke bidan, namun yang ia tahu biasanya ayam kampus tidak mau suntik KB. Cenderung lebih banyak yang menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom. 
 Lalu bagaimana jika ada yang sampai hamil? “Ya mudah saja, ” ungkap Bulan. “Hari gini masih puyeng kalau ternyata kita Hamil? Ya gak lah, kan tinggal aborsi saja, ” ungkap Bulan lagi enteng. Lalu saya menanyakan tempat yang biasanya sering digunakan oleh para mahasiswi baik itu ayam kampus maupun mahasiswi biasa, kalau ternyata mereka hamil di luar nikah. Namun sayang, Bulan tidak mau angkat biacara. Ia mengaku tidak tahu dan mencoba mengalihkan pembicaraan. Saya mencoba memancing Bulan agar ia mau menceritakan lebih dalam lagi, tapi ternyata gagal. Ia hanya mengungkapkan, tidak sedikit mahasiswi/ayam kampus yang melakukan aborsi kalau ketahuan hamil. Tempat yang biasa digunakan untuk aborsi pun tidak berhasil saya peroleh.
 Sejauh yang diketahui oleh Bulan, ayam kampus ada di setiap perguruan tinggi di Kota Padang baik negeri maupun swasta. Bulan menyebutkan satu persatu universitas di Kota Padang yang ia ketahui memiliki ayam kampus paling banyak, “Di perguruan tinggi swasta banyak sekali, tutur Bulan, itu baru yang saya kenal belum lagi yang tidak saya kenal, akan jauh lebih banyak lagi... dan untuk ukuran perguruan tinggi negeri Unand tak kalah banyaknya dengan perguruan tinggi swasta, ” pengakuan Bulan. 
Lalu Kemana uang-uang itu mereka belanjakan? 
 Bulan Menuturkan, kebanyakan dari para ayam kampus berasal dari keluarga dengan ekonomi kelas bawah. Cenderung dari mereka terpancing dengan kehidupan disekitarnya yang mungkin dinilai “wah”. Memiliki handphone bagus, memiliki baju-sepatu baru, bisa shopping ke mall kapan saja, biaya perawatan tubuh ke salon, mentraktir kawan-kawan, dan motiv lainnya untuk bisa terlihat lebih dibandingkan dengan kawan-kawan yang lainnya. “Biaya perawatan ke Salon itu tidak murah, ratusan ribu” ungkap bulan. “Jadi kalau ada teman-teman anda yang ekonominya biasa-biasa saja namun bisa gonta-ganti handphone, sebentar-sebentar bali baju baru, ya patut dicurigai. Belum lagi kalau ada yang menyambung rambut (extention-red), padahal uang bulanannya pas-pasan, itu udah gak wajar lo, ” terang Bulan lagi. Saya menyambutnya dengan senyum getir. Jangan-jangan salah satu dari ciri yang disebutkan Mbak Bulan tadi adalah teman-teman saya, tapi mudah-mudahan tidak. Amin!
 Faktor kecemburuan social menjadi faktor utama. Namun selain itu, ada juga yang berasal dari keluarga berada. Sebagian untuk sekedar having fun karena tidak mendapatkan kontrol dari orang tua, dan kurang mendapatkan pendidikan agama yang cukup. Selain dari itu ada juga yang berasal dari keluarga yang broken home. Latar belakang keluarga yang hancur, orang tua yang tidak akur, perceraian serta kehancuran lainnya, sehingga membuat si anak mencari pelampiasan hatinya dengan masuk ke dunia malam.
 Bulan juga menceritakan, yang paling dekat dengan dunia malam sebenarnya menurutnya bukan lah seks bebas, melainkan alkohol. Karena awal dari semuanya adalah alkohol. Setelah berada dibawah pengaruh alkohol, barulah masalah-masalah lain bermunculan. Terjerat ke seks bebas, narkoba, perkelahian dan lain sebagainya.
 Lalu adakah gigolo di kalangan mahasiswa Unand? Bulan mengungkapkan bahwa gigolo juga ada, meskipun begitu ia mengaku tidak begitu mengetahui seluk beluk dunia gigolo. Ia mengaku mengenal beberapa diantaranya, namun ia tidak mengetahui mahasiswa Unand yang berprofesi sebagai gigolo. Namun menurut beberapa sumber kepada saya, di Unand juga ada gigolo. Namun cukup sulit untuk mengetahui keberadaan dan pergerakannya. Namun menurut sumber lainnya, gigolo biasanya memiliki ciri tertentu, sehingga yang bisa mengetahuinya hanya kalangan-kalangan tertentu saja dalam arti kata tidak sembarangan orang yang bisa mengenalinya. 
 Miris memang fakta yang ternyata ada di sekitar kita. Hanya saja selama ini fakta itu tidak banyak diketahui, sehingga banyak yang tidak menyadari dan mengambil sikap tak acuh begitu saja. Namun jika ditelisik lebih dalam banyak sekali kehidupan malam yang menunjukkan sisi lain dari dunia mahasiswa, khususnya di kampus kita tercinta Universitas Andalas.
 Paling tidak ini bisa menjadi potret kecil, betapa moral manusia yang melakoni dunia pendidikan sedang dipertanyakan. Tidak hanya terbatas pada pelajar atau mahasiswa, namun juga guru/ dosen. Semua menjadi satu kesatuan jika kita membahasakannya sebagai dunia/ institusi pendidikan.
 Tidak bisa diverbalkan, siapa yang sesungguhnya bertanggung jawab atas kondisi yang saat ini tengah terjadi. Apakah sistem, ataukah kita sebagai manusia yang membuat dan menjalankan sistem yang sebenarnya salah? Lalu pertanyaan lainnya, jika benar yang salah adalah manusia, lalu manusia yang mana? Panjang dan berbelit-belit memang. Maka dari itu mencari pembenaran siapa yang salah kiranya juga tidak bijak menurut sebagian orang. Lau bagaimana? Bingung?
 Dan tulisan ini pun serayanya tidak akan sedemikian efektif membangunkan kita civitas akademika Universitas Andalas. Namun paling tidak kami di Genta Andalas, hanya berusaha mencoba berbagi sedikit saja fakta, dan kerisauan kami. Dan pastinya kerisauan kita semua.
Sudut Pandang Hukum
 Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Unand menilai bahwa dilihat dari sudut pandang hukum, kemerosotan moral para pelaku pendidikan saat ini terjadi karena selama ini setiap kasus yang terjadi tidak pernah dilaporkan atau tidak ditindak secara hukum sehingga tidak menimbulkan efek jera pada pelakunya. Sangat disayangkan, setiap kasus yang terungkap, penyelesaiannya hanya berupa perdamaian. Hal ini sangat tidak sepadan dengan rasa sakit yang diderita korban , dimana mereka harus menanggungnya seumur hidup. Misalnya tawuran yang terjadi antar pelajar diselasaikan dengan cara damai, sehingga kejadian itu terulang lagi. Padahal kerugian yang diderita sangat banyak, baik material maupun non-material. Selain itu, sanksi yang diberikan selama ini sangat ringan, kadang kala hukuman itu hanya beberapa bulan saja sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi si pelaku. Hal ini dapat memancing pelaku lain untuk melakukan tindakan yang sama karena ia melihat sanksi yang diberikan sangat ringan.
 Bercermin pada beberapa fakta yang terjadi akhir-akhir ini, Unand langsung membentuk Komisi Disiplin dibawah SK Rektor No: 10/ 90/2006 tentang tata tertib kehidupan kampus yang diketuai langsung oleh PD III Fakultas Hukum, Rembrandt. Komisi Disiplin ini bertugas menangani berbagai kasus yang melanggar tata tertib kehidupan kampus seperti tindakan asusila, narkotika, tawuran, dan lain-lain. 
 Sanksi yang diberikan terhadap para pelaku terdiri dari tiga kategori, yaitu kategori ringan akan diberikan sanksi berupa teguran, kategori sedang akan diberi sanksi pengurangan jumlah SKS (Satuan Kredit Semester), dan yang tergolong kategori berat akan diberikan sanksi berupa dikeluarkan langsung dari Universitas Andalas. 
 Seseorang dikatakan sebagai tersangka apabila terdapat bukti yang jelas dan saksi yang melihat langsung kejadian dimana jumlah para saksi ini setidaknya lebih dari satu orang. Kemudian kasus tersebut akan disidang oleh komisi disiplin dan jika terbukti melakukan kesalahan maka yang bersangkutan akan mendapatkan sanksi.
 Mengenai kasus dekadensi moral (kemerosotan moral) yang terjadi di luar kampus Unand yang melibatkan mahasiswa Unand, seperti adanya “ayam kampus”, pihak universitas hanya mampu memberi nasihat atau teguran saja, karena hal tersebut merupakan wewenang aparat penegak hukum. Namun, bagi mahasiswa aktif yang telah divonis oleh aparat hukum akan dibawa ke kampus untuk ditindaklanjuti oleh Universitas, apakah akan dikeluarkan atau diberi sanksi lain. Demikian ditambahkan oleh PD III Hukum, di ruang kerjanya, Jumat, (12/12). Tapi kasus seperti ini jarang terjadi di kampus, karena biasanya fenomena seperti ini lebih banyak di temui di luar.
 Maraknya kasus dekadensi moral yang terjadi di dunia pendidikan saat ini seperti kekerasan antarsiswa atau mahasiswa, kekerasan oleh guru terhadap murid, pejabat terhadap bawahan, dan tidak tanggung–tanggung kasus amoral yang terjadi di kalangan mahasiswa sendiri sepertinya semakin bertambah banyak dari waktu ke waktu. Sangat disayangkan apabila bangsa kita bisa hancur karena hal semacam ini. Hendaknya lingkungan sekitar, keluarga, teman, atau para guru di sekolah sudah memperkenalkan akibat yang akan ditanggung oleh si anak jika ia berbuat tindakan amoral. Selain itu juga perlu diberikan pengetahuan tentang apa itu tindakan amoral dan sejenisnya dan mengontrol perkembangan si anak agar ia jangan sampai terlibat kasus seperti itu.
 Sangat disayangkan selama ini pihak kampus sering dikatakan tidak becus mengurus mahasiswanya, padahal mahasiswa tersebut dari SMA-nya sudah bobrok moralnya dan bahkan orang tuanya di rumah sudah tidak peduli dengan anaknya. Untuk mengatasi tindakan dekadensi moral di Unand, telah diberi himbauan kepada seluruh masyarakat Unand berupa himbauan seperti pemasangan baliho dan stiker-stiker seperti mahasiswa diharapkan berpakaian sopan, tidak berambut gondrong. Selain itu, juga dibentuk komisi disiplin yang akan memperkarakan kasus tersebut sehingga menimbulkan efek jera. 
 Menyinggung masalah BAKTI untuk ,mahasiswa baru, “Sebaiknya sebagian besar acara BAKTI itu mempersentasikan tata tertib kehidupan kampus,” demikianlah yang dikatakan oleh PD III Fakultas Hukum, Kamis, (11/12). Tentunya kita berharap hal tersebut bisa sedikit mengatasi tindakan amoral mahasiswa di Unand, sehingga tidak ada lagi kedapatan mahasiswa yang berdua-duaan di tempat sepi, mahasiswa yang melakukan tindak kekerasan dalam bentuk apapun, ataupun mahasiswa yang terlibat kasus narkoba karena hal tersebut sudah diatur dalam tata tertib kehidupan kampus. Hal ini tentunya harus didukung oleh semua pihak, seperti mahasiswa, dosen, masyarakat, dan sebagainya, sehingga Unand bisa segera menjadi Universitas yang terkemuka dan bermartabat.
Perspektif Mahasiswa
(tindak kekerasan dalam dunia pendidikan)
“Kekerasan guru terhadap murid tidak pantas terjadi, karena murid yang salah tidak akan merasa bersalah jika dihukum dengan kekerasan, malah menimbulkan trauma dan kebencian terhadap sekolah. Bagaiman bisa maju pendidikan Indonesia? Murid yang bersalah sebaiknya bukan dihukum, tetapi diajak bicara dengan penuh perhatian dan kasih sayang.” (Nessa, FMIPA)
“Sistem pendidikan Indonesia sudah bobrok, dan oknum guru juga bermasalah. Maksudnya, saat ini siapapun bias jadi guru, sudah tidak memenuhi kualifikasi lagi.” (Asmaria, Teknik)
“Seharusnya guru lebih sabar menghadapi anak didik kalau tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru ataupun melakukan tindakan yang memang khas siswa, misalnya tidak bisa menjawab pertanyaan atau tidak memperhatikan guru di depan kelas mengobrol di kelas. Jangan langsung digetok atau ditampar” (Ayu, Farmasi)
(kasus suap dan pemerasan)
“Sebaiknya langsung dilaporkan ke pihak yang berwajib, karena sudah termasuk tindakan criminal. Tindakan ini juga sangant merusak citra pendidikan. Kalau sekolah aja ada praktik suap bahkan korupsi, bagaimana dengan lembaga-lembaga yang lebih besar seperti DPR atau MPR? “(Nessa, FMIPA)
“Harus dibabat sampai ke akar-akarnya! Kalau bisa laporin ke KPK. Hehehe...”, (Asmaria, Teknik)
”Kalau kasus suap yang aku tahu, biasanya di sekolah-sekolah favorit, misalnya ketika pendaftaran masuk SMA atau SMP. Biasanya kan kalau SMA atau SMP tidak melakukan test masuk namun hanya syarat administrasi saja. Jadi dengan suap, bisa masuk ke sekolah tersebut dengan mudah”. (Ayu, Farmasi)
”Pemerasan di dunia pendidikan hanya akan membuat siswa taku ke sekolah. Sekolah bukan tempat yang menyejukkan atau mendapatkan ilmu, malah menciptakan cikal bakal premanisme dan koruptor”, (Asni, Ekonomi)
(mahasiswa dan dunia malam)
“Mahasiswa Unand ada yang berprofesi menjadi ayam kampus? Tau dong… Tapi memang disayangkan, karena sebagian besar motifnya adalah untuk senang-senang, mengikuti trend dan mode. Uang kiriman orang tua tidak mencukupi, makanya menjerumuskan diri dengan menjadi ayam kampus” (Citra, FMIPA)
“Pastilah ada…tapi kalau yang di fakultas eksak gitu, aku baru tau… Tapi apa tidak ada tindakan dari pihak Unand? Unand punya komisi disiplin kan?”, (Eri, Peternakan)
“Mahasiswa yang berprofesi sebagai ayam kampus harus dibasmi. Mahasiswa kan calon intelektual bangsa. Pihak Unand juga harus lebih jeli terhadap civitasnya. Katanya menuju Universitas bermartabat, tapi kok tidak ada tindakan terhadap ayam-ayam kampus?”, (Shelly, Sastra)
“Universitas Andalas bukan universitas Islam. Kalo menurut aku pasti ada ayam kampus di Unand, walaupun beroperasi bukan di Unand. Pertanyaannya, apakah pelanggannya sesama anak Unand bahkan dosen Unand?Hehehe…”, (Ita, FMIPA)

Saatnya semua berkontribusi, buka mata buka telinga. Jangan sampai kita mewariskan kemerosotan di segala lini pada anak cucu kelak. 

Tim Penulis : Eko Permana Putra GA (Echo Pepe GA)  -  Yunita Salmah Ritonga GA  -  Sagita Widuri GA  -  Rena Putria Ningsih GA

(Tulisan di atas adalah tulisan dasar yang telah mengalami editing ketika akan di Cetak di Tabloid dengan menyamarkan Institusi/ nama/ tempat dll yang dirasa perlu)

ISI TABLOID GA EDISI XXX JANUARI - FEBRUARI

(Artikel Utama)

Menepis Ketergantungan


Negara layaknya manusia memerlukan negara lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan antar negara ini menimbulkan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain, di mana satu negara akan mengirim faktor produksi yang dihasilkannya pada negara lain. Sebaliknya negara lain juga melakukan hal yang sama. Interaksi ini bersifat saling melengkapi kepentingan masing-masing. 
Namun, karena setiap negara tingkat pertumbuhan ekonominya tidak sama, menyebabkan neraca saling ketergantungan menjadi tidak seimbang. Negara-negara maju biasanya lebih mendominasi dan berada pada posisi sentral yang membuat negara miskin dan berkembang bergantung pada mereka. Ketergantungan itu umumnya terletak pada faktor modal. Negara miskin dan berkembang yang berlimpah sumber daya alam yang sebenarnya dibutuhkan oleh negara maju, tetapi karena modal menjadi faktor utama, mereka bisa ditundukan oleh negara maju. 
Di sini berlaku teori dependensi, di mana seperangkat negara inti mengeksploitasi kekayaan sekelompok negara pinggiran yang lemah. Teori yang berlatar paham marxisme ini berawal dari penentangan terhadap kapitalisme negara Barat yang menguras habis kekayaan negeri jajahannya. Meskipun kolonialisme dan imperalisme telah dihapuskan tetapi dia berevolusi menjadi penjajahan gaya baru (neokolonialisme) berupa penguasaan ekonomi suatu negara.
Indonesia menjadi korban neokolonialisme itu. Berkedok investasi dan bantuan utang, negara Barat mengucurkan dananya bak sinterklas ke Indonesia. Bangsa yang lugu dan ramah ini menerima dengan tangan terbuka tanpa sadar ada udang di balik batu. Konon, di era Orde baru seorang menteri yang membawa pulang pencairan utang dari luar negeri disambut bak komandan yang baru pulang dari medan perang. Dan ketika krisis menggerogoti negara ini di tahun 1998, berhutang menjadi alternatif satu-satunya.  
Ketergantungan terhadap luar negeri ini agaknya telah menjadi budaya yang mengakar. Pemerintah seakan tidak yakin pada kemampuan anak negeri. Rasanya, tidak percaya diri bila membangun suatu proyek atau menjalankan sebuah program tanpa adanya bantuan asing. Dampaknya, di saat badan usaha milik negara (BUMN) asing go internasional, BUMN Indonesia seolah dikerdilkan di negeri sendiri. Pertamina menjadi contoh kentara pembongsaian itu. 
Perusahaan yang awalnya menjadi percontohan pendirian Petronas di negeri negeri jiran itu, tetap merugi sepanjang hayat lantaran tidak mendapat “kepercayaan” pemerintah. Ladang minyak dan gas lebih banyak dikelola asing ketimbang Pertamina. Padahal perusahaan plat merah itu telah mati-matian menyakinkan pemerintah mengenai kemampuan teknologi perminyakannya. Tidak heran jika Pertamina tidak mampu memberikan “hadiah “ pada republik ini seperti perusahaan minyak negeri jiran yang telah menghadiahkan Menara Petronas dan sirkuit Sepang pada Malaysia.
  Lama-lama rakyat juga mengikuti tren ketergantungan para pejabat negaranya pada luar negeri. Ranahnya pun tidak lagi bidang ekonomi semata tetapi merembet pada bidang sosial dan budaya. Masyarakat Indonesia lebih bangga menyantap makanan cepat saji ala Barat ketimbang bertandang ke warteg atau rumah makan Padang. Belum lagi mengenai pakaian dan gaya hidup yang disandarkan pada budaya Barat. Hal ini muncul akibat ketergantungan yang bermuara pada matinya potensi dan hilangnya kebanggaan pada apa yang kita punya. Padahal budaya mereka belum tentu lebih baik dari budaya yang kita punya. 
“Penyakit” kronis ini harus cepat ditangani. Sikap pemerintah yang menutup keran utang dengan membubarkan CGI dan membayar utang pada IMF memang langkah yang patut dihargai. Namun, ketergantungan pada modal asing sebaiknya juga diminimalisir dengan mendorong pengusaha dalam negeri berperan aktif menggerakan roda perekonomian.  
Setidaknya “tsunami” finansial yang terjadi di Amerika Serikat dapat dijadikan pelajaran betapa rapuhnya perekonomian suatu negara akibat bergantung pada negara lain. Dampak dari krisis itu telah terasa di berbagai negara termasuk Indonesia. Pelemahan nilai tukar rupiah dan rontoknya indeks harga saham gabungan (IHSG) yang pernah mencapai level 2300 dan sekarang tidak beranjak pada posisi 1200 menjadi salah satu warning krisis ekonomi telah bertandang ke Indonesia. Bila tidak disikapi dengan cermat, bukan tidak mungkin krisis seperti tahun 1998 bisa terulang kembali. Tentunya, kita berharap langkah yang diambil tidak dengan membuat utang baru lagi. 
  Disamping itu, perbaikan regulasi dalam pembuatan perjanjian pada penanaman modal asing serta mempercepat transfer teknologi perusahaan swasta asing di Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada pihak luar. Selama ini transfer teknologi di Indonesia berjalan lambat. Ambil contoh Korea Selatan. Di tahun 1970, negara itu bersama Indonesia sama-sama belajar perakitan mobil. Melalui transfer tekonologi yang relatif cepat, sekarang negeri ginseng itu telah mampu memproduksi mobil, sedangkan Indonesia baru sebatas merakit perlengkapan mobil seperi kursi dan ban mobil. 
Akhirnya, kita berharap mampu menjadi bangsa yang mandiri. Bangsa yang mengantungkan cita-citanya pada anak negeri bukan pada kapitalisme modern. Agaknya, bangsa ini harus mengingat kembali petuah Bung Karno tentang trilogi pembangunan, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadiaan yang berkebudayaan.

Penulis : Rahmat Fajri (Alumni Fakultas Hukum Unand)


SINTESIS TENTANG DEMOKRASI BAGI MAHASISWA

Bersamaan dengan runtuhnya tembok kekuasaan rezim Orde Baru, sejak munculnya gelombang aspirasi ke arah reformasi menyeluruh dalam kehidupan kenegaraan kita, berkembang pula wacana yang mendorong pemikiran ke arah penerapan sistem pemilihan Presiden,dan Legislatif secara langsung. Aspirasi yang tumbuh dan berkembang menuntut dilakukannya pemilihan Presiden dan Legislatif secara langsung itu, pada hakikatnya, memperjuangkan aspirasi agar rakyat yang berdaulat benar-benar dapat menggunakan haknya untuk memilih sendiri siapa yang akan menjadi Presiden dan Wakil-wakilnya di DPR dan DPD.Dilihat dari sepenggal tulisan Jimly Asshiddiqie diatas maka dapat kita artikulasikan bahwa tunutan rakyat Indonesia sejalan dengan gaung Demokrasi yang digaungkan dunia saat ini.Tuntutan yang transparantif, dimana rakyat ingin langsung berkenalan dengan calon pemimpinnya dengan mengenal latar belakang dan moralnya.Disis lain Rakyat sudah mempersiapkan diri keterbukaan akses sebagai pemilih dan siap dipilih.Hal inilah yang dirasakan bangsa Indonesia saat ini dalam mengimplementasikan Demokrasi secara kaffah ,dimana Rakyat merasakan sebagai pemilih dan dipilih.
Apabila kita bawa kepada scope khusus yaitu mahasiswa sebagai bagian rakyat Indonesia,maka timbullah sintetis yang menyatakan bahwa mahasiswa tidak hanya pemilih atau dipilih tetapi juga sebagai pengawas atau pengawal Demokrasi terutama pada PEMILU atau PILKADA sebagai Instrumennya.Oleh karenanya secara sadar kita simpulkan bahwa Mahasiswa tidak hanya sebagai obyek demokrasi tetapi juga sebagai sasaran tembak atau subjek Demokrasi.Namun kesadaran yang kita bangun saat ini buyar dan terbang bagai debu dikarenakan ketidak pahaman serta penempatan Demokrasi yang tidak disesuaikan dengan Kultural berfikir bangsa Indonesia.Masih banyak Mahasiswa yang tidak mengerti akan partisipasi politiknya dalam PEMILU dan PILKADA dengan tidak ikut serta memilih dan apriori terhadap partai politik sebagai sarana bagi seseorang yang mencalonkan dirinya.Sungguh naïf rasanya,dikala Mahasiswa sebagai kaum Intelektual dan iron stock yang mengerti bahwa demokrasi adalah salah satu jalan untuk merubah bangsa ini tidak ambil peduli dengan agenda-agenda Demokrasi.Demokrasi saat ini tidak lebih daripada simbol belaka.Disaat kita ingin bersuara bebas kita atasnamakan Demokrasi,disaat kita menuntut transparansi dana kepada pihak Rektorat kita ikut sertakan Demokrasi.Banyak yang tidak paham dengan perbuatannya,dimana kata kuncinya adalah disaat berkata harus berbuat,disaat kita katakan inilah Demokrasi maka kita harus siap berbuat dan menanggung akibat dari apa yang telah kita katakana tadi.
Seyogyanya kita telah bersepakat bahwa saat ini Demokrasi adalah salah satu sarana Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi yang masih berjalan direl yang tidak berujung.Gerakan mahasiswa bersiap-siap untuk berpartisipasi dalam menyambut gegap gempita kedatangan pemilu 2009 yang ternyata sudah diambang pintu. Sebagaimana kita ketahui beberapa tahun belakangan (2005-2008), dimana pola dan format gerakan mahasiswa Indonesia lebih cenderung ke arah intellectual movement (gerakan intelektual).Keterlibatan mahasiswa terutama sebagai pelaku voter eduation (pencerdasan terhadap pemilih) dan pengontrol pemilu 2009 adalah suatu kemestian sebagai salah satu wujud moral force (gerakan moral). Meminjam cerita Arif Budiman (eksponen gerakan mahasiswa 1974), gerakan mahasiswa laksana koboi Shane—dalam sebuah film—datang ke suatu kota kecil yang penuh dengan bandit-bandit kejam, lalu menghabisi mereka tetapi menolak untuk dinobatkan sebagai sherif di kota tersebut. Makna perumpamaan ini, gerakan mahasiswa tidak boleh pamrih—harus gerakan tulus—dengan kekuasaan dan tidak boleh memiliki vested interests.disisi lain Hariman siregar dalam bukunya pilar-pilar Demokrasi menyatakan bahwa Mahasiswa hari ini harus memikirkan dan ikut dalam gerakan politik selain memenuhi persyaratan menjalankan gerakan sosial dan moral.
Dari pernyataan diatas dapat kita hasilkan analisa bahwa sebagai agent of change dan Iron Stock, Mahasiswa harus memikirkan Gerakan Politik sebagai gerakan yang efektif mewujudkan cita-cita besar Resormasi menjadikan Rakyat Indonesia makmur dan sentosa.Hal ini diluar kontek politik Praktis yang notabene membuat pergerakan Mahasiswa menjadi kerdil dikarenakan tidak profesionalnya dalam mengelola dan menempatkan diri sebagai orang-orang Demokrasi.Sudah saatnya para Reformis yang mempunyai konsep membangun peradaban Bangsa ini kearah konstruksi Intelektual dan Moral mencoba masuk kedalam Sistem yang Bobrok dan kemudian mengubahnya sesuai selera kebenaran.Sudah saatnya kita harus membuang pesimistis dan Nostalgia kemerdekaan Indonesia di zaman baheula.Sudah saatnya kita mengambil alih kekuasaan Generasi lalu yang meninggalkan noktah-noktah hitam dan berdarah dihati setiap anak bangsa karena menanggung malu dan dibebani hutang Negara yang tidak pernah ia lakukan, karena ia baru lahir hari ini.Oleh karenanya persiapkan diri secara fisik,fikiran dan sipiritual untuk mengubah bangsa ini karena tanpa persiapan,mustahil kita akan mewujudkan Visi dan Misi kebenaran.Ingatlah Mahasiswa hari ini adalah penerus perjuangan di Era Reformasi yang belum usai!!!

Penulis : Azmi

ISI TABLOID GA EDISI XXX JANUARI-FEBRUARI 2009

(Opini)

Pergantian Tahun, Realita, dan Ekspektasi

Tahun baru 1430 H baru saja datang, berikut disusul oleh tahun baru 2009 Masehi hanya berselang tiga hari saja. Jika ditanyakan bedanya, maka beda antara tahun baru hijriah dan masehi banyak sekali. Namun mari kita lihat perbedaan tahun baru hijriah dan tahun baru masehi dari segi perayaannya. Manakah yang lebih ramai dan meriah???
 Sudah barang tentu, gelegar perayaan tahun baru masehi jauh lebih hiruk dibandingkan perayaan tahun baru hijriah. Umat manusia dari berbagai kalangan tumpah ruah ke jalanan memadati alun-alun kota serta pusat keramaian lainnya. Berbagai macam pesta perayaan digelar saat pergantian tanggal 31 Desember ke 1 januari ini. Media televisi baik lokal maupun nasional telah jauh-jauh hari mempersiapkan program unggulan dengan membooking artis-artis kelas atas dengan bayaran berlipat ganda dari bayaran biasanya. Panggung hiburan digelar di berbagai tempat, belum lagi pub-pub yang mendatangkan DJ kelas ternama dengan berbagai atraksi pertunjukan. 
 Lalu bagaimana dengan perayaan tahun baru hijriah? Perayaan tahun baru hijriah sepi. Tidak ada keramaian yang melimpah ruah menyambut tahun baru umat islam ini, stasiun televisi pun tidak mengadakan program spesial apapun, biasa-saja seperti hari-hari tanpa sebuah moment berharga. Begitulah wajah umum perayaan tahun baru hijriah hampir seluruh wilayah di muka bumi, bahkan di negara dengan mayoritas muslim sekalipun, seperti halnya Indonesia. Lucunya, di beberapa wilayah di Inddonesia, perayaan tahun baru hijriah malah diwarnai dengan ritual-ritual yang mengarah kepada takhayul dan budaya. Walaupun di beberapa daerah menyambut tahun baru hijriah dengan tetap menggelar berbagai acara, namun tetap saja perayaan itu tidak sebanding dengan gegap gempita semangat perayaan tahun baru masehi. Namun beruntung bagi kita masyarakat Kota Padang kita masih bisa sedikit merasakan perayaan menyambut tahun baru hijriah yang digelar oleh Pemko Padang. Beberapa hari menjelang masuk tahun 1430 H Pemko Padang mengadakan berbagai lomba bernuansa islami, seperti lomba lagu gambus dan nasyid. Selain itu juga di gelar bazar, Barongsai sipasan naga dan pawai obor di malam puncak pergantian tahun baru1429 H ke 1430 H. Namun demikian, tetap saja usaha yang telah dilakukan pemko ini tetap tidak sebanding dengan antusiasme masyarakat untuk merayakan tahun baru umat islam ini. Hal ini dirasa ganjil karena sebagian besar dari masyarakat kita adalah muslim. 
 Lalu bagaimana dengan tahun baru masehi? Penanggalan masehi digunakan di setiap tempat di dunia sebagai dasar penanggalan international. Namun begitu perlu di telaah lebih dalam lagi, asal-usul munculnya penanggalan masehi. Dan kenapa sesungguhnya pergantian tahun baru masehi di rayakan dengan perhelatan akbar.
 Perayaan tahun baru masehi dirayakan untuk memperingati lahirnya Jesus kristus atau Isa Al Masih, oleh sebab itu juga agama kristen banyak digelari sebagai agama masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.
 Sedangkan di beberapa negara, tahun baru masehi dikaitkan dengan pemujaan terhadap dewa-dewi. Di Amerika Latin, tepatnya di Barzil, pada tengah malam tahun baru masehi masyarakat Brazil berbondong-bondong datang ke tepi pantai untuk menaburkan bunga ke laut lepas, selain itu mereka melakukan ritual mengubur beberapa macam buah-buahan seperti mangga, pepaya, semangka dan lainnya. Orang-orang Brazil ini memakai pakaian putih bersih. Perayaan ini bertujuan sebagai penghormatan terhadap sang dewa Lemanja. Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara si “Toloy Bocah Sakti” Ronaldo.
 Tidak dapat disalahkan juga jika masih banyak umat muslim yang hingar-bingar merayakan tahun baru masehi, karena sejatinya banyak masyarakat yang tidak tahu asal-usul perayaan tahun baru masehi. Namun tidak masuk akal, jika banyak umat islam yang tidak tahu bahwa tahun baru hijriah adalah perayaan bagi umat islam seduia. Lalu pertanyaannya kenapa tahun baru hijriah berlalu tanpa makna tidak selayaknya tahun baru masehi yang di eli-elukan?

Luka Palestina di tahun baru 
 Melihat jauh ke jazirah arab, sebuah luka kembali terkubak. Disaat perayaan tahun baru hijriah yang seharusnya penuh makna, 1,5 juta masyarakat di Jalur Gaza malah harus merasakan pahitnya hidup di tengah deru bom para tentara Israel. Bangsa yahudi di negara yang tidak semestinya ada itu seakan masih tidak puas dengan tanah yang sekarang telah ia tempati. Tanah yang seharusnya milik rakyat Palestina itu sekarang telah menjadi sebuah negara sadis bernama “Israel”. Negara zionis yang telah membantai rakyat Palestina. Sejak pendudukan wilayah Palestina oleh Israel jutaan warga Palestina diusir dari tanah kelahirannya sendiri mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Arab Saudi, Syiria, Yordania dll.
 Dan saat ini invasi yang dilancarkan Israel ke Palestina bahkan telah berhasil menghancurkan jalur bawah tanah yang selama ini dijadikan sebagai jalur asupan makanan masyarakat Gaza dari kawasan Mesir. Serangan yang telah menjatuhkan ber ton-ton bom itu juga telah menghancurkan gedung-gedung kapital di kota Gaza. Namun sayang, ditengah penderitaan yang menimpa masyarakat Palestina ini, banyak negara di dunia yang menjadi tukang tonton saja. Tidak ada yang mampu berbuat apa-apa. Bahkan negara-negara di timur tengah tidak begetik sedikitpun. Yang lebih miris lagi 1,5 juta rakyat Palestina di jalur Gaza tidak dapat melarikan diri dan terkurung di Gaza kerena Mesir menutup perbatasannya dengan jalur gaza yang merupakan gerbang pengungsian satu-satunya. Miris memang, negara-negara yang seharusnya menjadi saudara dan turut meredam konflik yang tengah terjadi malah tidak menunjukkan reaksi apa-apa, mereka menutup telinga memicingkan mata. Semuanya tertidur lelap di tengah-tengah luka yang membasahi saudara mereka di Palestina.
 Palestina melalui tahun baru hijriah yang pahit. Di saat bangsa lain tengah menyambut dua tahun baru dengan suka cita, Palestina malah duduk tak berdaya menampung bom-bom dan serangan bardir Israel yang membabi buta. Namun demikian tetap saja gelombang demonstran anti invasi Israel ke Palestina, tidak mampu menghentikan perang yang terjadi. PBB pun bungkam seakan mengalami disfungi yang membuat hati kita geram. Rsolusi PBB ditolak mentah-mentah oleh Amerika yang memiliki hak veto didalamnya.

Spekulasi di tengah Agresi Israel
 Serangan membabi buta Israel ke Jalur Gaza memunculkan banyak spekulasi di tengah-tengah masyarakat dan pemerhati. Ada yang berpendapat bahwa serangan israel ke Jalur Gaza adalah untuk memancing keterlibatan Iran. Israel dan skutunya mengharapkan Iran turut meradang dengan diserangnya negara Palestina. Jika benar, Mahmoud Ahmadinejad nantinya bereaksi dengan mengerahkan bantuan perang untuk Palestina, maka Amerika sebagai sekutu utama Israel akan memiliki alasan tepat untuk menyerbu Iran. Benar atau tidak spekulasi ini, yang pasti Amerika dan sekutunya masih menaruh berang yang hebat terhadap Iran atas pembangkangannya selama ini. Iran dengan nuklirnya menjadi ancaman terbesar bagi Amerika dan para sekutu
 Spekulasi lain yang muncul adalah terkait dengan presiden terpilih Amerika Serikat Barack Husein Obama. Israel ingin melihat bagaimana reaksi Obama dengan serangan yang di luncurkan Israel ke Palestina. Apakah Obama akan tetap mendukung atau malah menentang agresi militer sekutunya dekatnya tersebut. Singkat kata, Israel ingin menguji kesetiaan Amerika di Bawah pemerintahan baru yang dipimpin Obama nanti. Sejauh ini ternyata Obama tidak mampu melakukan seperti apa yang telah di harapkan oleh jutaan orang di muka bumi khususnya rakyat Amerika terhadapnya. Banyak warga dunia yang kecewa terhadap sikap yang diambil oleh Obama. Harapan yang di elu-elukan para pendukungan dari berbagai belahan dunia untuk menbnciptakan kedamaian kedpannya akan diragukan oleh.

Resesi Dunia masih menggerogoti
 
 Pergantian tahun kali ini masih diwarnai dengan kemorosotan perekonomian banyak negara di dunia, bahkan hampir seluruh dunia yang merasakannya, hal ini adalah dampak dari resesi Amerika yang telah mengglobal. Namun demikian, negara-negara penghasil minyak di timur tengah khususnya tidak mengalami dampak yang berarti, yang di dirasakan sedikit oleh para eksportir minyak ini adalah jatuhnya harga mintak dunia. Saat ini jatuhnya harga minyak mentah dunia yang hingga dibawah 50 USD per Barel masih belum terasa betul, namun jika krisis ini tidak menemukan titik usai dimasa yang cukup lama maka keadaan mungkin saja berbalik, negara-negara islam di Timur tengah yang kaya karena minyak ini bisa saja mengalami penurunan GNP. Tetapi beruntungnya rata-rata negara yang kaya raya ini memiliki cadangan devisa yang besar untuk menambal kondisi yang tengah terjadi.
 Berbeda dengan negara-negara islam di Timur Tengah dan eksportir minyak lainnya, maka negara-negara islam yang nasibnya jauh lebih beruk maka kondisinya akan lebih buruk lagi jika tersentuh lebih dalam oleh resesi global yang diperkirakan baru akan kembali sehat di 2011 nanti. Sebut saja negara-negara seperti Turkey, Negara-negara islam di Afrika Utara dan Afrika tengah serta negara islam di kawasan Asia Selatan dan tenggara, negara-negara ini bukan negara kaya penghasil minyak dan gas alam dengan devisa yang besar dan benteng ekonomi yang kuat. 
 Tahun baru 1430 hijriah diperkirakan belum akan memberikan perbaikan apa-apa terhadap perekonomian negara-negara secara global. Bahkan tahun 2009 dan 2010 menurut beberapa ahli seperti Miranda Gultom, merupakan klimaks dari resesi global, akhir 2011 baru akan terjadi grafik penurunan.
 Namun tidaklah salah, jika di setiap awal tahun pengaharapan demi pengharapan sedang hangat-hangatnya dipanjatkan. Maka marilah kita panjatkan untaian pengharapan yang mungkin saja tahun baru 1430 Hijriah dan 2009 Masehi memberikan sebuah cerita baru untuk kita, untuk Indonesia, untuk umat Islam dan untuk dunia. Semoga aka nada perbaikan akhlak, perbaikan ekonomi dunia, dan perbaikan bagi bangsa saudara kita, Palestina.

Oleh :
Eko Permana Putra GA (Echo Pepe GA)

Tidak Ada Manusia yang Sempurna (nasehat sumber daya manusia)

Satu pertanyaan penting untuk para manusia di muka bumi, apakah anda manusia yang sempurna? Apakah dengan egoistis kesempurnaan/kehebatan dan kekayaan anda maka anda merasa bahwa anda tidak butuh dikritik atau diberi nasehat?anda merasa tidak ada kelemahan?anda menganggap bahwa anda selalu benar dan tidak mempunyai kesalahan? Anda tidak mau mendengarkan kata-kata dari orang lain yang kedudukannya di bawah anda?Anda tidak mau menerima masukan dari orang lain dan merasa anda sangat ahli sekali di bidang anda?apakah anda begitu sempurna sebagai manusia?

Fenomena di lapangan yang banyak saya temukan adalah bahwa bahwa begitu banyak manusia yang merasa dirinya sempurna, bebas kelemahan, tidak mau dikritik, tidak mau mendengarkan nasehat orang yang berlandaskan nilai-nilai spritual dan sosial, merasa diri kaya dan sombong atas kekayaan tersebut, menganggap remeh orang lain dan sebagainya yang intinya egoistis kesempurnaan.

Tidak peduli siapa anda dan apapun profesi atau seberapa besar bisnis anda, apakah itu Presiden, MPR, DPR, Gubernur, Walikota, Rektor, Profesor, Manajer kelas atas, CEO terkenal, pimpinan redaksi majalah atau surat kabar besar, ketua senat, ketua jurusan, dosen, peneliti profesional, Alim Ulama kondang, mahasiswa terbaik dan segala yang sifatnya “berlebih” statusnya, maka ingatlah tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula sesuatu lainnya, tidak ada produk dan jasa yang sempurna. Pasar persaingan sempurna yang diidam-idamkan oleh Adam Smith dan masyarakat banyak tidak pernah terjadi di dunia nyata. Hal itu hanya ada pada pelajaran teori ekonomi semata, sekali lagi tidak ada yang sempurna di dunia ini.

Karena ketidaksempurnaan dari seorang mannusia inilah maka seseorang manusia jangan pernah merasa dirinya sempurna. Jangan pernah berhenti belajar, jangan pernah langsung menolak dan menganggap remeh pendapat dan masukan orang lain atau orang yang kedudukannya di bawah. Seorang Profesor di bidang matematika akan kalah di hadapan ahli agama kalau disuruh bicara tentang kehidupan atau aqidah. Jadi Profesor jangan sombong. Juga orang-orang yang menggeluti bidang tertentu, masih bisa belajar pada orang-orang yang di bawahnya yang lebih bijak (baik) walaupun tidak seahli kemampuan teorinya.

Ada suatu hal yang perlu diingat oleh orang-orang yang merasa dirinya sempurna bahwa anda adalah “orang yang sama sekali tidak sempurna”. Mungkin anda memang ahli di bidang anda tapi bukan berarti anda sempurna di bidang tersebut. Orang-orang lain dapat membantu anda untuk menemukan suatu hal yang baru di bidang anda dan orang lain yang lebih bijak akan dapat menasehati anda jika ternyata apa yang anda pelajari tersebut adalah suatu hal yang salah dari segi moral, spritual dan sosial. Anda sebagai orang yang tidak sempurna jangan pernah meremehkan pendapat, kata-kata, dan masukan dari orang lain yang di bawah anda karena hal tersebut jika terbukti benar dan membantu anda maka masukan tersebut sebenarnya dapat menambah pengetahuan, keahlian dan menjadikan anda menjadi lebih bijak.

Seorang mahasiswa tidak perlu takut pada dosennya walaupun dosen tersebut adalah seorang Master atau Doktor, karena ingatlah bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Profesorpun begitu. Anda bebas menanyakan apapun yang menyangkut bidang tersebut dimana anda meragukan kebenarannya dan anda merasa hal tersebut salah dari segi moral, sosial dan spritual. Kemudian anda sangat boleh sekali mengemukakan ide anda yang lebih baik. Pemerintah sendiri banyak kesalahan dalam kebijakannya dan aplikasinya di lapangan dimana pemerintah tidak memfokuskan ke arah pengantasan pengangguran dan kemiskinan dan tidak mengkritisi bisnis pertelevisian atau bisnis lainnya yang memberikan dampak negatif pada masyarakat. Semua itu dengan alasan pertumbuhan ekonomi. Memang pertumbuhan ekonomi dapat lebih baik tapi jumlah orang miskin dan menganggur tambah banyak, praktek bisnis yang merugikan konsumen merajelela bahkan banyak bisnis yang haram tidak terdeteksi.

Selanjutnya orang bawah tidak perlu grogi dan merasa rendah diri bila berhadapan dengan orang kaya. Jika orang kaya itu mempunyai tingkah laku yang buruk maka nasehatilah jika anda orang yang lebih bijak. Jangan pernah takut dan grogi dengan orang kaya karena mereka tetap manusia yang tidak sempurna. Karena ketidaksempurnaan tersebut maka setiap manusia boleh mengkritisi manusia lain untuk menuju keadaan yang lebih baik, tapi ingat mengkritisi segala sesuatu itu ada etikanya juga dan harus penuh perhitungan nilai moral, spritual dan sosial. Dalam mengkritisi orang lain anda harus ingat juga bahwa anda tetap sebagai manusia yang tidak sempurna.

Sehebat atau sekaya apapun manajer atau CEO suatu perusahaan tetap bahwa mereka tidak sempurna. Bahkan para manajer dan CEO tersebut banyak yang tidak memperhitungkan eksternalitas negatif dari usaha atau bisnis yang dilakukan dan tidak berlandaskan nilai-nilai sprtual, moral dan sosial dalam mengembangkan bisnisnya. Mereka sering melanggar nilai-nilai sosial dan moral masayarakat untuk mencapai laba sebesar-besarnya. Contohnya bisnis pertelevisian yang buruk tapi komersil, mereka perlu dikiritisi. Atau para pebisnis lain yang hanya mencari laba komersil. Mereka tidak mengindahkan masukan para orang bijak dengan alasan jika mereka merubah atau memperbaikinya bisnisnya yang lebih sosial dan moralis maka omset mereka akan menurun.

Sehebat apapun otak seseorang tapi bila ia melupakan nilai-nilai moral, spritual dan sosial dalam tindakannya maka anda sangat boleh bahkan harus menasehatinya walaupun kehebatan anda berada di bawahnya.

Jadi sekali lagi tidak ada manusia yang sempurna. Mari kita bersama-sama intropeksi sifat egositis kesempurnaan yang ada pada diri kita untuk kesejahteraan sosial. Hal ini akan berguna untuk kebahagiaan dunia dan akhirat juga.


Artikel 3

Kebijakan untuk Pembela Kebaikan dan Buruknya Perubahan SDM Indonesia

Ada beberapa hal yang membuat sesak otak dan hati saya.. di mana hal ini terjadi di Indonesia.. Beberapa hal tersebut terasa tidak adil dan kebijakan yang dibuat seakan-akan memihak untuk kepentingan segelintir orang..

Beberapa hal di bawah ini patut untuk dipikirkan kembali

-Hukuman untuk koruptor atau pembela kebaikan?

Apakah Anda menerima jika para orang yang mem-bom diskotik, yang nyata-nyatanya merupakan sumber maksiat, dihukum mati?

Apakah Anda tidak sadar bahwa sesunguhnya mereka membela kebaikan dan mereka tidak ingin orang-orang Indonesia tercemar oleh dosa yang dibawa oleh diskotik, bar atau tempat permaksiatan lain yang mereka ledakkan?

Dan kenyataannya mereka dijatuhkan hukuman mati?

Sekarang mari kita lihat perbandingannya.

Apakah para koruptor, yang jelas-jelas adalah orang jahat dan merugikan banyak pihak, dihukum mati?

Tidak, para koruptor tidak secara tegas dihukum, tidak ada kedengaran ketegasan kebijakan untuk menghukum mati koruptor?

Jadi, apakah ini adil?

Jadi apakah ini hanya kebijakan untuk kepentingan segelintir orang saja?

-Kebijakan Undang-undang anti pornografi

Fenomena penolakan undang-undang anti pornografi sangat jelas menyatakan bahwa masih banyak orang Indonesia yang mendewakan sex dan kemolekan tubuh serta orang-orang ini tidak menerima kalau pemaksiatan dihapus. Benarkah? Memang kenyataannya seperti itu?

Kenapa hal ini terjadi di Indonesia? Kenapa masih banyak orang Indonesia yang ternoda dan tidak ingin noda mereka dihapus?

Apakah benar bahwa orang Indonesia telah sangat terprovokasi oleh dunia barat? Bisa jadi begitu kalau melihat kenyataan yang ada. 

Seandainya saja ada penelitian tentang berapa besar pengaruh barat mempengaruhi gaya hidup orang Indonesia secara negatif, tentu ini sangat bermanfaat sekali.

Masih seputar pembela kebaikan yang tidak disukai, banyak orang yang tidak suka dengan segala kebijakan MUI, seperti juga dengan adanya larangan lagu-lagu cengeng. Perlu diketahui bahwa lagu-lagu cengeng yang banyak beredar di Indonesia dapat membuat pendengarnya terbuai, mengkhayalkan seorang wanita/pria bersama mereka. Tidak memotivasi untuk bekerja dan belajar keras. Jelas lagu tersebut tidak membawa efek positif untuk produktivitas, dan celakanya, lagu-lagu seperti itulah yang banyak beredar di Indonesia. Penduduk negara ini butuh motivasi, bukan romantisme murahan seperti itu.

Kenapa suatu aturan yang jelas-jelas bagus efeknya, malah tidak disetujui dan kebijakan serta fenomena yang salah dibenarkan dan dijadikan pusat komersial?

-Transisi SDM yang buruk

Transisi SDM apa yang telah terjadi di Indonesia ini? Sangat buruk sekali kalau kita lihat.

Perlu juga diketahui bahwa Jepang sendiri sekarang penduduk mudanya mulai terkontaminasi dengan pengaruh luar. Penduduk Jepang yang dulunya tidak banyak gaya dan mandiri, sekarang mulai lalai dan menghabiskan banyak uang untuk “main-main”. Produktivitas Jepang mulai menurun saat ini.

Jadi apa yang dapat kita ambil hikmah atas fenomena ini? 

Mari kita berubah? Mengatakan bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah. Kita harus setuju dengan kebijakan yang membawa efek kebaikan dan kita harus menolak kebijakan yang membawa kemudaratan. Untuk SDM, maka masing-masing pribadi harus belajar kembali mana yang baik dan buruk? Ini tidaklah hal yang sepele dan banyak orang yang tidak mau tahu bila menyangkut kualitas SDM.

Penulis : Yuan Citra (Mahasiswa FE Unand 2004)






ISI TABLOID GA EDISI XXX JANUARI-FEBRUARI 2009

(Aneka Ragam)

Unand Terima Beasiswa 14,4 Miliar Tahun 2008

 
Beasiswa merupakan sebuah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta. Karena beasiswa memiliki peran yang besar bagi kelanjutan pendidikan seseorang. Begitu juga dengan Universitas Andalas yang selalu memeberikan beasiswa kepada mahasiswanya..
Di Unand, ada banyak jenis beasiswa yang bisa diterima oleh mahasiswa. Seperti BBM, merupakan beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu, ada juga beasiswa bagi mahasiswa berprestasi yang dikenal dengan beasiswa Penunjang Prestasi Akademik (PPA). Kedua beasiswa tersebut berasal dari kas negara yang dialokasikan melalui Dikti. Pembantu Rektor III, Ir. Badrul Mustafa Kemal yang ditemui di kantornya mengatakan bahwa tahun ini Dikti memberikan dana sebesar 14,4 M, meningkat dari tahun lalu yang hanya berjumlah 9 M. 
Penyalurannya, menurutnya langsung dibagikan kepada mahasiswa. Tidak ada deposito. “PPA dan BBM tersebut kami terima dari Dikti langsung masuk ke rekening rektor tapi tidak didepositokan. Kemudian rektoratlah yang akan membagikan ke masing- masing fakultas”, katanya.  
Selain beasiswa dari pemerintah, PR III juga menambahkan bahwa ada banyak beasiswa yang yang diberikan perusahaan-perusahaan sebagai tanggung jawab sosialnya, yang dikenal sebagai dana Coorporate Social Responsibility (CSR). Seperti beasiswa PT. Jarum, Semen Padang, Pertamina, Bank Nagari, Eka Cipta, Astra dan lain-lain. Tidak salah ketika beliau menyebutkan anggaran dana terbesar bagi mahasiswa adalah beasiswa. 
Hal senada juga disampaikan oleh PRII Unand Prof. Dr. Wery Darta Taifur. Menurutnya dana beasiswa di Unand ini cukup besar. Karena sekitar 4000 mahasiwa Unand sudah menerima beasiswa atau sekitar seperempat dari seluruh jumlah mahasiswa sudah menerima beasiswa sesuai dengan syarat yang terpenuhi.

Adapun syarat untuk bisa mendapatkan beasiswa diantaranya memiliki IP di atas2.75, surat keterangan kurang mampu, foto copy kartu mahasiswa, serta foto copy buku tabungan. Setelah melengkapi persyaratan tersebut, beberapa fakultas akan mewawancara mahasiswa yang lulus ke tahap selanjutnya untuk mendapatkan wahasiswa yang benar- benar membutuhkan. Namun beberapa fakultas lain ada juga yang tidak mewawancara. Mereka hanya menyeleksi berdasarkan syarat tersebut.

Penulis : Rena Putria Ningsih GA


Sangsi! Untuk Dosen yang Terlambat Mengeluarkan Nilai


Nilai akhir bagi mahasiswa sangat menentukan pengambilan Sistem Kredit poin Semester (SKS) yang akan datang. Dan jika nilai tersebut terlambat keluar, tentulah mahasiswa yang paling disulitkan. Di Unand kasus ini ternyata seringkali dijumpai.
 Pembantu Rektor (PR) I Unand, Novesar Jamarun, mengatakan bahwa nilai mahasiswa harus segera diumumkan paling lambat 15 hari setelah ujian akhir dilaksanakan. Hal ini menurutnya telah diatur secara tegas dalam Peraturan Akademik Program Sarjana Universitas Andalas Bab X Pasal 59, 60, 61, 62.
 Jika ada laporan dari mahasiswa ataupun pihak fakultas sendiri, maka PR I sendiri akan segera menindaklanjuti laporan tersebut. Dosen yang bersangkutan akan segera diberi peringatan secara tertulis berupa surat peringatan dengan sangsi yang telah ditetapkan.
 PR I yang akrab disapa Pak Ong tersebut menghimbau mahasiswa untuk kritis terhadap hal ini dengan segera melapor kepada pihak terkait. Dan menurutnya mahasiswa bisa langsung melapor ke Pembantu Dekan I jika di Jurusan belum ada tanggapan menyangkut keterlambatan pengumuman nilai tersebut. 
 “ Saya akan senang sekali jika menerima laporan seperti ini dari mahasiswa, jadi masalah seperti ini bisa segera ditindaklanjuti. Kalau sekarang ada data yang konkrit dari fakultas dan jurusan nilai matakuliah apa yang belum juga diumumkan kepada mahasiswa tentunya akan segera diproses,” sebutnya.
 Selama ini menurut Novesar Jamarun, memang sering ditemukan kasus seperti ini dan sudah banyak dosen yang mendapat surat teguran. Namun ia sama sekali belum menerima laporan dari pihak fakultas permasalahan nilai mahasiswa yang terlambat keluar yang sering terjadi di Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sastra. 
 Sementara menurut Drs. Ismed Mardi, Kasubag Akademik fakultas sastra , dosen harus sudah menyerahkan nilai hasil ujian mahasiswa paling lambat seminggu sesudah ujian selesai. Biasanya, nilai yang telat keluar sangat mengganggu jalannya penyelesaian KHS oleh PUSKOM Unand. Keterlambatan itu juga terkait dengan proses dalam fakultas, dan lagi-lagi karena fakultas harus menunggu laporan nilai dari dosen yang bersangkutan. “Mengenai sanksinya, sampai saat ini masih berupa teguran biasa. Misalnya, dengan surat apabila dalam waktu satu minggu dosen belum menyerahkan laporan hasil ujian. Selanjutnya, jika masih belum disiplin juga, maka PD I akan langsung menelepon dosen yang bersangkutan. Dan itu adalah cara terefektif sampai saat ini”. Dan menurutnya pernah ditemukan kasus seperti itu di Fakultas Sastra. Namun, menurutnya masih dapat diatasi dengan surat teguran, sehingga tidak ada sanksi yang begitu berat.
 Mahasiswa Fakultas Ekonomi DIII Jurusan Keuangan Perbankan, Liza dan Nadia yang diwawancarai Genta Andalas Jumat, akhir November lalu mengatakan keluhannya tentang keterlambatan pengumuman nilai tersebut.
Nadia mengatakan bahwa nilai yang belum keluar itu biasanya pada saat Ujian Tengah Semester (UTS) berakhir. Setelah UTS, hanya tiga atau empat dari sembilan mata kuliah yang nilai ujiannya keluar.
Liza pun menambahkan, bahwa nilai Ujian Akhir Semester (UAS) pun terlambat keluar. Bahkan sampai sebulan lamanya setelah ujian. Katanya lagi, ada beberapa nilai mata kuliah yang memang terlambat keluar seperti mata kuliah Operasional Bank dan Pengantar Bisnis.
Menurut mereka keterlambatan tersebut disebabkan dosen yang terlambat memasukkan nilai ke bagian biro. Saat mereka bertanya kepada pihak biro masalah nilai ini, pihak biro mengatakan nilai belum dimasukkan oleh dosen. Dan pihak biro pun terlambat memasukkan nilai ke dalam Katru Hasil Studi (KHS). Mahasiswa pun menjadi kesulitan untuk mengambil SKS semester selanjutnya. Liza dan temannya terpaksa mengambil SKS berdasarkan KHS semester lalu. Dan apabila nilainya sudah dikeluarkan, mereka terpaksa membuat KPRS.

“Hal ini sangat merepotkan mahasiswa, dan semoga saja dosen-dosen cepat memberikan nilai ke pihak biro, sehingga kita cepat menyelesaikan KRS,” kata Nadia. 

Penulis : Merita Pahlevi GA dan Rika Putria GA