Sabtu, 17 Januari 2009

ISI TABLOID GA EDISI XXX JANUARI-FEBRUARI 2009

(Kolom Feature)

High Intelectual VS Individualism


 Kampus memang tidak lepas dari pola tingkah laku mahasiswanya yang beragam bentuknya. Mulai dari yang paling alim sampai yang paling nyeleneh ada di kampus. Mulai dari yang paling culun sampai pada yang paling aktif. Kampus sebagai suatu lembaga pendidikan tak lepas dari pola pikir mahasiswanya yang kritis. Hal ini dapat dilihat dari pola tingkah laku mereka di kampus. Kehidupan kampus yang tak lagi dikekang dengan peraturan-peraturan ketat seperti halnya ketika duduk di bangku sekolah baik itu SD, SMP, dan SMA, mendukung munculnya berbagai tingkah pola tersebut. Selain itu, beraneka ragam strata, ras, agama yang dimiliki semuanya bermuara disisni. Hal ini akan melahirkan berbagai macam sifat yang berbeda-beda. 
 Layaknya seorang manusia yang mencari suatu kenyamanan dalam kehidupan, mereka berusaha mencari lingkungan dimana mereka dapat memperoleh kenyamanan tersebut terutama dalam hal pertemanan. Bisa saja hal itu ditemukan dalam hal kesamaan sifat, hobi atau cara pandang terhadap sesuatu atau yang juga sering ditemukan adalah kesamaan strata. Walaupun hal itu tidak seharusnya terjadi tetapi kenyataannya di lapangan banyak kita temukan fenomena ini. 
 Banyak mahasiswa yang katanya kaya lebih cenderung memilih teman yang kaya pula, sedangkan si miskin akan tersingkir dan akhirnya juga membentuk komunitas kecil untuk golongan mereka. Mulai dari hal inilah muncul kelompok-kelompok kecil yang akhirnya akan melahirkan sebuah komunitas tertentu yang tak terbatas pada persoalan kesamaan strata, kesamaan cara pandang pada suatu persoalan pun juga dapat menghasilkan sebuah kelompok tertentu. Fenomena ini dapat kita saksikan di kampus kita ini, Universitas Andalas.
 Sebuah pemandangan yang tak asing lagi bagi kita lihat ketika mulai menapaki setiap sudut di kampus kita ini. Banyak kelompok-kelompok kecil yang dikenal juga dengan sebutan “genk” ini dalam kehidupan kampus. Adanya pengelompokan inilah yang terkadang membuat benteng pemisah antara mahasiswa tersebut. Beberapa kelompok-kelompok tersebut diataranya ada kelompok yang bergaya seperti anak pank, anak forum, aktivis kampus, study oriented, genk modis,dll. Masing-masing kelompok ini dapat kita bedakan dari tampilan mereka maupun tingkah pola mereka sehari-hari di kampus. Sebut saja kelompok bergaya pank atau lebih akrab dengan sebutan anak pank, dari pakain mereka yang nyentrik abis,yang dan cendrung cuek.Lain halnya dengan komunitas anak forum, penampilan yang bersahaja dan penuh ketenangan selalu tampak dalam keseharian mereka. Mereka acap kali membuat pertemuan untuk saling bertukar pikiran dan menjalin ukhuwah. Mesjid dan mushala adalah tempat favorit mereka untuk berkumpul dan melakukan pertemuan. Berbeda lagi ceritanya jika membahas kelompok-kelompok lainnya 
 Komunikasi antar komunitas yang ada ini hanya terjadi untuk hal-hal yang berhubungan dengan perkuliahan saja. Namun siapa yang mau disalahkan, rasa persaudaraan yang kian hari kian terkikis habis. Layaknya erosi yang terjadi di pantai yang akhirnya menimbulkan bencana. Seperti itu jugalah nantinya ketika rasa persaudaraan itu jika nantinya telah terkikis. Suatu hal yang ironis mememag, kita yang selalu diajarkan untuk menjalin persaudaraan diatara sesama serta mendapatkan pelajaran itu mulai dari SD dan sampai perkuliahan pun masih tetap diberikan tak cukup tampaknya menggugurkan adanya benteng pemisah antar komunitas yang ada. Pola pikir yang terus berkembang tampaknya juga belum terarah pada menjunjung nilai-nilai persaudaraan.
  Besarnya sikap individualisme adalah faktor utama penyulut terbentuknya komunitas-komonutas diantara mahasiswa . Sikap yang individualisme ini tak lepas pada sikap mementingkan diri sendiri tapi juga sikap yang hanya mementingkan kelompoknya sendiri. Selain itu sikap individualisme ini akan selalu berbarengan dengan sikap egoisme yang akan memperparah keadaan. Sikap ini lah yang sekarang ini menjamur pada diri generasi muda kita, khususnya mahasiswa. 
 Selama pembentukan kelompok-kelompok ini masih berada pada batas kewajaran, mungkin hal ini tidak akan berakibat terlalu buruk bagi kehidupan kampus. Namun ketika nilai-nilai individualisme dan egoisme kian diusung kepermukaan, maka perpecahan yang berujung anarki akan muncul. Ketika sebuah individualisme dan egoisme sebuah kelompok telah mengganggu kelompok lainnya, maka disanalah akan muncul perpecahan yang dapat berujung anarkis tersebut. Selain itu, rasa kepedulian terhadap sesama pun akan terus berkurang. 
 Jika kita ingin lebih jauh memandang, komunitas-komunitas kecil ini tak hanya ada di kampus saja kenyataannya dimasyarakat kita di Indonesia ini begitu banyak kita temukan. Perbedaan antara si kaya dengan si miskin begitu nyata adanya. Kehidupan kampus adalah cerminan kecil dari sebuah gambaran kehidupan masyarakat yang ada di luar sana. Sebagai mahasiswa yang beintelektual tinggi seharusnya sikap yang seperti itu dapat kita minimalisir dengan pemahaman keilmuwan yang kita miliki. Sebagaimana kata pepatah,pakai ilmu padi semakin berisi semakin merunduk, semakin kita banyak menimba ilmu maka diharapkan pula bisa mebunuh sikap individualisme dan egoisme yang ada serta akan melahirkan budi pekerti yang luhur. 
 Selain itu fungsi mahasiswa sebagai agent of change dapat juga terealisasi hendaknya. Jangan sampai fungsi mahasiswa sebagai agent og change tersebut hanya sebagai pengganti yang menggantikan tanpa adanya perubahan apaun ke arah yang lebih baik malahan menimbulkan masalah baru.

Penulis : Idris GA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar